Nama :
M Riyan Alamsyah
Kelas : 3PA18
NPM :
16514252
Pengertian Motivasi dan Teori-teori
Motivasi
A.
Pengertian Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan
kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai
tujuan tertentu. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti
“dorongan” atau rangsangan atau “daya penggerak” yang ada dalam diri seseorang.
Menurut
Weiner (1990) yang dikutip Elliot et al (2000), motivasi didefenisikan sebagai
kondisi internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai
tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu.
Menurut
Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan
eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan
minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaan dan
penghormatan.
Motivasi
adalah sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh
Howard, 1999) menyatakan bahwa motivasi merupakan dampak dari interaksi
seseorang dengan situasi yang dihadapinya (Siagian, 2004).
B.
Teori-teori Motivasi
Tugas 1
I. Teori Penguatan (Reinforcement)
Teori
ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan pemberian
konpensasi. Misalnya promosi seorang karyawan itu tergantung dari prestasi yang
selalu dapat dipertahankan. Sifat ketergantungan tersebut bertautan dengan
hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku tersebut. Teori
pengukuhan ini terdiri dari dua jenis, yaitu :
a. Pengukuhan Positif (Positive
Reinforcement)
yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuh
positif diterapkan secara bersyarat.
b. Pengukuhan Negatif (Negative
Reinforcement)
yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika
pengukuhan negatif dihilangkan secara bersyarat.
Jadi
prinsip pengukuhan selalu berhubungan dengan bertambahnya frekuensi dan
tanggapan, apabila diikuti oleh stimulus yang bersyarat. Demikian juga prinsip
hukuman (Punishment) selalu berhubungan dengan berkurangnya frekuensi
tanggapan, apabila tanggapan (response) itu diikuti oleh rangsangan yang
bersyarat. Contoh : pengukuhan yang relatif malar adalah mendapatkan pujian
setelah seseorang memproduksi tiap-tiap unit atau setiap hari disambut dengan
hangat oleh manajer.
Contoh Kasus :
Seorang murid SD yang mendapat
ranking 1 di kelasnya diberi reward kepada murid tersebut sebagai penghargaan
menjadi murid berprestasi dan teladan di kelasnya. Dengan begitu murid yang
lain akan mendapat dorongan motivasi tersendiri agar bisa menjadi murid yang
berprestasi.
Tugas 2
II. Teori Harapan
Teori ini termasuk kedalam Teori –
teori Kesadaran. Teori ini menunjukkan pendekatan kognitif terhadap motivasi
kerja, yang menekankan kepada kemampuan individu dalam pemrosesan informasi.
Kekuatan motivasi yang mendasarinya bukanlah sebuah kebutuhan. Pekerja
diasumsikan melakukan penilaian rasional terhadap situasi kerjanya dengan
mengumpulkan informasi untuk diolah, kemudian membuat keputusanyang optimal.
Kebutuhan hanya digunakan untuk membantu dalam memahami bagaimana pekerja
membuat pilihan berdasarkan pada keyakinan persepsi dan nilai – nilai mereka.
Teori pengharapan berargumen bahwa
kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu
bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti
oleh suatu keluaran tertentu , dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi
individu tersebut.
Dalam istilah yang lebih praktis,
teori pengharapan, mengatakan seseorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan
tingkat upaya yang tinggi bila ia menyakini upaya akan menghantar ke suatu
penilaian kinerja yang baik (Victor Vroom dalam Robbin 2003:229).
Teori ini dikemukakan oleh Victor H. Vroom yang menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari hasil pekerjaan itu.
Teori harapan ini didasarkan atas :
Teori ini dikemukakan oleh Victor H. Vroom yang menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari hasil pekerjaan itu.
Teori harapan ini didasarkan atas :
1. Harapan (Expectancy)
adalah suatu kesempatan yang
diberikan akan terjadi karena perilaku.
2. Nilai (Valence)
2. Nilai (Valence)
adalah akibat dari perilaku tertentu
mempunyai nilai / martabat tertentu (daya/nilai motivasi) bagi setiap individu
yang bersangkutan.
Pertautan (Instrumentality) adalah
persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengan
hasil tingkat kedua.
Contoh Kasus:
Seorang karyawan pada jabatan/divisi penjualan berupaya meraih target penjualan tertentu untuk mendapatkan bonus berupa pergi haji ke mekkah. Dalam teori harapan, karyawan tersebut berusaha mendapatkan kesempatan untuk memenuhi target karena ingin pergi haji ke mekkah.
Tugas 3
III. Teori Tujuan
Teori ini menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah sebuah
motivator. Hampir setiap orang menyukai kepuasan kerja karena mencapai sebuah
tujuan spesifik. Saat seseorang menentukan tujuan yang jelas, kinerja biasanya
meningkat sebab:
- Ia akan berorientasi pada hal hal yang diperlukan
- Ia akan berusaha keras mencapai tujuan tersebut
- Tugas tugas sebisa mungkin akan diselesaikan
- Semua jalan untuk mencapai tujuan pasti ditempuh
Teori ini mengatakan bahwa kita akan
bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul
bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang
jelas. Sehingga muncullah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan
tujuan).
Penetapan tujuan juga dapat
ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu menetapkan sasaran pribadi
yang ingin dicapai. Sasaran-sasaran pribadi memiliki nilai kepentingan pribadi
(valence) yang berbeda-beda.
Proses penetapan tujuan (goal
setting) dapat dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri, diwajibkan oleh
organisasi sebagai satu kebijakan peusahaan. Bila didasarkan oleh prakarsa
sendiri dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan
ia akan memiliki keterikatan (commitment) besar untuk berusaha mencapai
tujuan-tujuan yang telah ia tetapkan. Bila seorang tenaga kerja memiliki
motivasi kerja yang lebih bercorak reaktif, pada saat ia diberi tugas untuk
menetapkan sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun waktu tertentu dapat terjadi
bahwa keterikatan terhadap usaha mencapai tujuan tersebut tidak terlalu besar.
Contoh Kasus :
-
Seorang pasangan suami istri yang
baru menikah ingin mempunyai rumah sendiri dengan cara kerja keras banting
tulang agar target dan tujuannya tercapai.
-
Unjuk rasa para demonstran di depan gedung
istana merdeka mereka berorasi agar suara mereka di dengar serta tujuan mereka
tercapai.
Tugas 4
IV. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar
pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan,
yaitu :
1. kebutuhan fisiologikal (physiological needs)
1. kebutuhan fisiologikal (physiological needs)
seperti: rasa lapar, haus, istirahat dan sex
2. kebutuhan rasa aman (safety needs)
2. kebutuhan rasa aman (safety needs)
tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental,
psikologikal dan intelektual;
3. kebutuhan akan kasih sayang (love needs);
4. kebutuhan akan harga diri (esteem needs)
3. kebutuhan akan kasih sayang (love needs);
4. kebutuhan akan harga diri (esteem needs)
yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol
status; dan
5. aktualisasi diri (self actualization)
5. aktualisasi diri (self actualization)
dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi
kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut
pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan
cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan
yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari
cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat,
jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya
karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia
itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental,
intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa
dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan
makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan
organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan
mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan
pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah
“hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak
tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak
tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut
diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan
berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum
kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang
ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian
pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa
pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan
“koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan
karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia
berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik,
seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai,
memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia
digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini,
perlu ditekankan bahwa :
a. Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu
yang akan datang;
b. Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari
b. Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari
pendekatan
kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
c. Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu
c. Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu
kondisi dalam mana
seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan
kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
Contoh Kasus:
Need of self Actualization
Need of self Actualization
Pak Dedi adalah seorang pensiunan direktur disuatu perusahaan yang bergerak dibidang perminyakan, sudah dua tahun ia pensiun dari perusahaan tersebut dan posisinya sebagai direktur, kini digantikan oleh anaknya Dimas. Semenjak ia pensiun, semua urusan perusahaan ditangani oleh Dimas tanpa kecuali, ia tidak ingin ayahnya terbebani pikiran karena sudah pensiun. Walau merasa dirinya sudah pensiun Pak Dedi ingin sekali berpartisipasi mengembangkan perusahaan, namun anaknya melarang karena merasa ayahnya itu sudah lebih baik dirumah saja. Pak Dedi merasa kebutuhan akan aktualisasi dirinya tidak terpenuhi, karena walau ia sudah pensiun, ia ingin membuktikan bahwa ia masih berkompeten dengan pengalaman-pengalamannya demi perkembangan perusahaannya.
Daftar Pustaka :
Sunyoto.M.A.(2001).Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta:
Universitas Indonesia.
P.Siagian,
Sondang, Prof. Dr. MPA.(1988). Teori dan
Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Rineka Citra.
Sihotang. A.
Drs. M.B.A. (2006).Manejemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta : PT Pradnya Paramita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar