Secara umum,
pengertian kesehatan yaitu suatu kondisi atau keadaan secara umum seseorang
dari segi semua aspek. Dalam pengertian ini dimaksudkan bahwa kesehatan
merupakan tingkat keefisienan dari fungsional dengan atau tanpa metabolisme
dari suatu organisme dan juga termasuk manusia. Kesehatan dapat
juga diartikan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut
Undang-Undang, kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa
untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan
tujuan hidup. Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya sosial dan
pribadi, serta kemampuan fisik. Seseorang dikatakan sehat apabila ia memiliki
tubuh jasmaniah yang sehat, tidak berpenyakit, gizi yang baik, psike (mental)
rukhaniyah yang tenang, tidak gelisah, mempunyai kedudukan sosial yang baik,
mempunyai kehidupan dan rumah berlindung, serta dihargai sebagai manusia
(WHO,1984). Di dalam artikel ini saya akan menjelaskan konsep kesehatan
berdasarkan dimensi emosi, intelektual, sosial, fisik, dan spiritual.
Menurut
Zakiah Darojad, Pengertian Kesehatan Mental
adalah terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa,
dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada
semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta mencapai
keharmonisan jiwa dalam hidup.
Menurut
Zakiah orang yang sehat
mentalnya dapat menyesuaikan diri dan memanfaatkan potensi serta mencapai
keharmonisan jiwa. Jadi dalam hal ini yang bersangkutan mengalami keseimbangan
atau dalam keadaan equilibrium, tidak goncang dan tidak berat
sebelah. Mempunyai kestabilan emosi dalam menghadapi persoalan serta mendapat
kepuasan dalam memenuhi kebutuhan jasmaniah, rohani dan metafisis. Kestabilan
atau keseimbangan masing-masing individu berbeda, hal ini karena diperoleh dari
pengalaman-pengalaman yang berbeda.
Tujuan Kesehatan Mental yaitu, sebagai berikut :
Tujuan Kesehatan Mental yaitu, sebagai berikut :
-
Tujuan kesehatan mental yang pertama yaitu agar manusia memiliki kemampuan
mental yang sehat.
-
Tujuan kesehatan mental yang kedua ialah pencegahan terhadap timbulnya
sebab-sebab gangguan mental dan penyakit.
-
Tujuan kesehatan mental yang ketiga adalah pencegahan terhadap timbulnya
sebab-sebab gangguan mental dan penyakit mental.
-
Tujuan kesehatan mental yang terakhir yaitu penyembuhan terhadap gangguan dan
penyakit mental.
Tujuan
kesehatan mental ini akan tercapai jika cara-cara menangani dilakukan dengan
kerjasama antara ahli yang berwenang serta kesadaran dan kesediaan masyarakat
pada umumnya. Usaha mencapai tujuan kesehatan mental dilakukan secara
terencana, tergantung keadaan individu-individu yang ditangani.
Sejarah Kesehatan Mental
Sejarah
Kesehatan Mental Di era Modern Dan Gerakan Kesehatan Mental
Perubahan yang sangat berarti dalam
sikap dan pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme (irrasional) dan
tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat
berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada
tahun 1783. Ketika itu, Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staff medis
di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini, ada 24 pasien yang dianggap sebagai
lunatics(orang-orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu, sedikit
sekali pengetahuan tentang penyakit kegilaan tersebut, dan kurang mengetahui
cara menyembuhkannya. Sebagai akibatnya, pasien-pasien tersebut didukung dalam
sel yang kurang sekali alat ventilasinya, dan mereka sekali-sekali diguyur
dengan air. Rush melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang
yang menderita gangguan mental tersebut. Cara yang ditempuhnya adalah dengan
melalui penulisan artikel-artikel dalam koran, ceramah, dan pertemuan-pertemuan
lainnya. Akhirnya, setelah usaha itu dilakukan (selama 13tahun), yaitu pada
tahun 1796, di rumah mental, ruangan ini dibedakan untuk pasien wanita dan
pria. Secara berkesenimbungan, Rush mengadakan pengobatan kepada para pasien
dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari
kesenangan. Perkembangan psikologi abnormal dan pskiatri ini memberikan
pengaruh kepada lahirnya ”mental hygiene” yang berkembang menjadi suatu ”Body
of Knowledge”beserta gerakan-gerakan yang terorganisir. Perkembangan
kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli,
terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dixdan Clifford
Whittingham Beers. Kedua orang ini banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang
pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah.
Dorthea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal dunia tanggal 17 Juli
1887. Dia adalah seorang guru sekolah di Massachussets, yang menaruh perhatian
terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Sebagian perintis (pioneer),
selama 40 tahun, dia berjuang untuk memberikan pengorbanan terhadap orang-orang
gila secara lebih manusiawi. Usahanya, mula-mula diarahkan pada para pasien
mental di rumah sakit. Kemudian diperluas kepada para penderita gangguan mental
yang dikurung di rumah-rumah penjara. Pekerjaan Dix ini merupakan faktor
penting dalam membangun kesadaran masyarakat umum untuk memperhatikan kebutuhan
para penderita gangguan mental. Berkat usahanya yang tak
kenal lelah, di Amerika Serikat
didirikan 32 rumah sakit jiwa. Dia layak mendapat pujian sebagai salah seorang
wanita besar diabad ke-19. Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara
formal mulai muncul. Selama dekade 1900-1909, beberapa organisasi kesehatan
mental telah didirikan, seperti American Social Hygiene Associatin(ASHA) dan
American Federation for Sex Hygiene. Perkembangan gerakan-gerakan di bidang
kesehatanmental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876-
1943).
Bahkan, karena jasa-jasanya
itulah, dia dinobatkan sebagai ”The Founder Of The Mental Hygiene Movement”.
Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan
pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi. Dedikasi Beers
yang begitu kuat dalam kesehatan mental dipengaruhi oleh pengalamannya sebagai
pasien di beberapa rumah sakit jiwa yang berbeda. Selama di rumah sakit, dia
mendapatkan pelayanan atau pengobatan yang keras dan kasar (kurang manusiawi).
Kondisi seperti ini terjadi karena pada masa itu belum ada perhatian terhadap
masalah gangguan mental, apalagi pengobatannya.
Setelah dua tahun
mendapatkan perawatan di rumah sakit, dia mulai memperbaiki dirinya. Selama
tahun terakhirnya sebagai pasien, dia mulai mengembangkan gagasan untuk membuat
gerakan untuk melindungi orang-orang yang mengalami gangguan mental atau orang
gila (insane). Setelah dia kembali dalam kehidupan yang normal (sembuh dari
penyakitnya), pada tahun 1908, dia menindaklanjuti gagasannya dengan mempublikasikan
tulisan autobiografinya yang berjudul A Mind That Found It Self. Kehadiran buku
ini disambut baik oleh Willian James, sebagai seorang pakar psikologi. Dalam
buku ini, dia memberikan koreksi terhadap program pelayanan, perlakuan atau ”treatment” yang diberikan kepada para
pasien di rumah sakit yang dipandangnya kurang manusiawi. Di samping itu, dia
merupakan reformator terhadap lembaga yang memberikan perawatan gangguan
mental. Beers meyakini bahwa penyakit atau gangguan mental dapat dicegah atau
disembuhkan. Dia merancang suatu program yang bersifat nasional, yang tujuannya
adalah:
a.
Mereformasi
program perawatan dan pengobatan terhadap pengidap penyakit jiwa
b. Melakukan
penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap para pasien yang
mengidap gangguan atau penyakit jiwa
c.
Mendorong
dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan obat gangguan mental;
dan
d.
Mengembangkan
praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.
Program Beers ini ternyata
mendapat respon positif dari kalangan masyarakat, terutama kalangan para ahli
seperti William James dan seorang psikiatris ternama, Adolf Mayer. Begitu tertariknya
terhadap gagasan Beers, Adolf Mayer menyarankan untuk menamai gerakan itu
dengan nama ”Mental Hygiene”. Dengan demikian, yang mempopulerkan istilah
“Mental Hygiene” adalah Mayer.
Belum lama setelah buku itu
diterbitkan pada tahun 1908, sebuah organisasi pertama didirikan, bernama
”Connectievt Society For Mental Hygiene”.Satu tahu kemudian didirikanlah
”National Commite Society For Mental Hygiene”, dan Beers diangkat menjadi
sekretarisnya. Organisasi ini bertujuan:
1.
Melindungi kesehatan mental masyarakat
2.
Menyusun standard perawatan para pengidap gangguan mental
3. Meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagi
aspek yang terkait dengannya
4. Menyebarkan pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan
penobatannya dan
5.
Mengkoordinasikan lembaga-lembaga perawatan yang ada.
Secara hukum, gerakan
kesehatan mental ini mendapatkan pengukuhannya pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu
ketika presiden Amerika Serikat menandatangani ”The National Mental Helath
Act.4 Beberapa tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut meliputi
1.
Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui
penelitian, inevestigasi, eksperimen penanganan kasus-kasus, diagnosis dan pengobatan;
2.
Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan
penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan
kegiatan penelitian dan meningkatkan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil
penelitiannya;
3.
Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental
4.
Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan,
diagnosis, dan obat terhadap para pengidap gangguan mental.
Pendekatan Kesehatan Mental
Pendekatan Kesehatan Mental
Orientasi Klasik
Pada
umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai
kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang
yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik
artinya tidak ada keluhan fisik. Sedangkan sehat mental artinya tidak ada
keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak
menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami
gangguan jiwa yang gejalanya aalah kehilangan kontak dengan realitas.
Orang-orang seperti itu tidak ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran
dan tak mampu emngurus dirinya sendiri secara layak. Pengertian sehat mental
dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi.
Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata
"sehat". Sehat atau tidak adanya seseorang secara mental, belakangan
ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang
yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan dapat digolongkan
sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan
sebagai tidak sehat mental.
Orientasi
Penyesuaian Diri
Dengan
menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat
dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena itu
kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya,
kita tidak dapat menentukkan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi
kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara
individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu
digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap senagat sehat
mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sehat mental bukan
sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada
gejala lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang
menampilkan perilaku diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan
perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya
melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat
suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya
sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu
dan tidak sehat mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita
menilainya? sehatkah mentalnya? atau sakit? orang itu tidak dapat dinilai
sebagai ssehat mental dan tidak sehat mental sekaligus.
Orientasi
Pengembangan Diri
Seseorang
dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk
mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang
lain dan sirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang
menjadi pengendalian utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang
bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan
kadang-kadang sangat menentukkan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak
selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya,
pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara
pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan
wajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau
kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi,
mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukkan jiwa. Menjaga
hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat
membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita tidak
dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya sekedar usaha untuk mencapai
kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan
menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika
kita masukkan dalam pertimbangkan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh
aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan
sosial.
Sumber :
- Siti Sundari, 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Penerbit PT Rineka CIpta : Jakarta.
- Yusuf, Syamsu. 2004. Mental Hygiene Perkembangan Kesehatan Mental dalam Kajian
Psikologi dan Agama. Bandung: Pustaka Bani
Quraisy.
- Burhanuddin, Yusak. 1999. Kesehatan Mental.Bandung: CV Pustaka Setia.
- fakhrurrozi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/24029/KesMen.ppt Didownload pada 21 Maret 2016
- Effendy, Nasrul. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC.
Jakarta.2010.
- Adityawarman, Indra. 1978. Jurnal Dakwah dan Komunikasi : Sejarah
Perkembangan
Gerakan Kesehatan Mental. 4 (1).
1-4.
Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.
BalasHapus