A. TEORI – TEORI MENGENAI KREATIVITAS
Kreativitas agar dapat
terwujud diperlukan dorongan dari individu (motivasi intrinsik) maupun
dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)
a.
Motivasi
Intrinsik dari Kreativitas
Setiap individu memiliki kecenderungan atau
dorongan mewujudkan potensinya, mewujudkan dirinya, dorongan berkembang menjadi
matang, dorongan mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitasnya.
Dorongan ini merupakan
motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan
baru denganlingkungannya dalam upaya manjadi dirinya sepenuhnya. (Rogers dan Vernon 1982)
b.
Kondisi eksternal yang mendorong perilaku kreatif
Kretaivitas memang tidak
dapat dipaksakan, tetapi harus dimungkinkan untuk tumbuh, bibit unggul
memerlukan kokdisi yang memupuk dan memungkinkan bibit itu mengembangkan
sendiri potensinya.
Bagaimana cara
menciptakan lingkungan eksternal yang dapat memupuk dorongan dalam diri anak
(internal) untuk mengembangkan kreativitasnya?
Menurut pengalaman Carl
Rogers dalam psikoterapi adalah dengan menciptakan kondisi keamanan dan kebebasan
psikologis.
1.
Keamanan
psikologis
Ini dapat terbentuk
dengan 3 proses yang saling berhubungan:
a.
Menerima individu sebagaimana
adanya dengan segala kelabihan dan keterbatasannya.
b.
Mengusahakan suasana yang didalamnya
evaluasi eksternal tidak ada / tidak mengandung efek mengancam. Evaluasi selalu
mengandung efek mengancam yang menimbulkan kebutuhan akan pertahanan ego.
c.
Memberikan
pengertian secara empatis
Dapat menghayati
perasaan-perasaan anak, pemikiran-pemikirannya, dapat melihat dari sudut
pandang anak dan dapat menenrimanya, dapat memberikan rasa aman.
2.
Kebebasan
psikologis
Apabila guru mengijinkan atau memberi
kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan secara simbolis (melalui sajak atau
gambar) pikiran atau perasaannya. Ini berarti mmebrei kebebasan dalam berfikir atau merasa apa yang ada dalam
dirinya.
IV. TEORI TENTANG PROSES KREATIF
Wallas dalam
bukunya “The Art of Thought” menyatakan bahwa proses kreatif meliputi 4 tahap :
1.
Tahap Persiapan, memperisapkan diri untuk memecahkan masalah dengan mengumpulkan data/
informasi, mempelajari pola berpikir dari orang lain, bertanya kepada orang
lain.
- Tahap Inkubasi, pada tahap ini pengumpulan informasi dihentikan, individu melepaskan diri untuk sementara masalah tersebut. Ia tidak memikirkan masalah tersebut secara sadar, tetapi “mengeramkannya’ dalam alam pra sadar.
- Tahap Iluminasi, tahap ini merupakan tahap timbulnya “insight” atau “Aha Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru.
- Tahap Verifikasi, tahap ini merupakan tahap pengujian ide atau kreasi baru tersebut terhapad realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. Proses divergensi (pemikiran kreatif) harus diikuti proses konvergensi (pemikiran kritis).
V. TEORI TENTANG BELAHAN OTAK KANAN KIRI
Sejak anak lahir,
gerakannya belum berdifensiasi, selanjutnya baru berkembang menjadi pola dengan
kecenderungan kiri atau kanan. Hampir setiap orang mempunyai sisi yang dominan.
Pada umunya orang lebih biasa menggunakan tangan kanan (dominasi belahan otak
kiri), tetapi ada sebagian orang kidal (dominan otak kanan). Terdapat
“dichotomia” yang membagi fungsi mentala menjadi fungsi belahan otak kanan dan
belahan otak kiri.
Teori ini walaupun
didukung data empiris, namun masih memerlukan pengkajian lebih lanjut (Dacey,
1989 : Piirto 1992).
DIKOTOMI FUNGSI MENTAL
Belahan Otak Kiri
|
Belahan Otak Kanan
|
Intelek
|
Intuisi
|
Konvergen
|
Divergen
|
Intelektual
|
Emosional
|
Rasional
|
Metaforik, intuitif
|
Verbal
|
Non Verbal
|
Horizontal
|
Vertikal
|
Konkret
|
Abstrak
|
Realistis
|
Impulsif
|
Diarahkan
|
Bebas
|
Diferensial
|
Eksistensial
|
Sekuensial
|
Multipel
|
Historikal
|
Tanpa Batas Waktu
|
Analitis
|
Sintesis, Holitik
|
Eksplisit
|
Implisit
|
Objektif
|
Subjektif
|
Suksesif
|
Simultan
|
Sumber : Springer, S.P
dan Deutsch, 1981
VI. TEORI TENTANG
PRODUK KREATIF
Pada pribadi yang kreatif, bila memiliki kondisi pribadi
dan lingkungan yang memberi peluang bersibuk diri secara kreatif (proses), maka
dapat diprediksikan bahwa produk kreatifnya akan muncul.
- Cropley (1994) menunjukkan hubungan antara tahap-tahap proses kreatif dari Wallas (persiapan, inkubasi, iluminasi, verifikasi) dan produk yang psikologis yang berinteraksi : hasil berpikir konvergen ® memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, jika dihadapkan dengan situasi yang menuntut tindakan yaitu pemecahan masalah ® individu menggabungkan unsur-unsur mental sampai timbul “ konfigurasi”. Konfigurasi dapat berupa gagasan, model, tindakan cara menyusun kata, melodi atau bentuk.
Pemikir divergen
(kreatif) mampu menggabungkan unsur-unsur mental dengan cara-cara yang tidak
lazim atau tidak diduga. Konstruksi konfigurasi tersebut tidak hanya memerlukan
berpikir konvergen dan divergen saja, tetapi juga motivasi, karakteristik
pribadi yang sesuai (misalnya keterbukaan terhadap pembaruan unsur-unsur
sosial, ketrampilan komunikasi). Proses ini
disertai perasaan atau emosi yang dapat menunjang atau menghambat.
- Model dari Besemer dan Treffirger
Besemer dan Treffirger
menyarankan produk kreatif digolongkan menjadi 3 kategori :
- kebaruan (novelty)
- pemecahan (resolution)
- keterperincian (elaboration) dan sintesis
Model ini disebut “Creative Product analiysis
Matrix” (CPAM).
a.
Kebaruan : sejauh mana produk itu baru, dalam hal jumlah dan luas proses yang baru,
teknik baru, bahan baru, konsep baru, produk kreatif dimasa depan.
Produk itu orisinal : sangat langka
diantara produk yang dibuat orang dengan pengalaman dan pelatihan yang sama,
juga menimbulkan kejutan (suprising) dan juga germinal (dapat
menimbulkan gagasan produk orisinal lainnya).
b.
Pemecahan (resolution) : menyangkut derajat sejauh mana produk itu memenuhi kebutuhan untuk
mengatasi masalah.
Ada 3 kriteria dalam dimensi
ini :
-
produk harus bermakna
-
produk harus logis
-
produk harus berguna (dapat diterapkan secara praktis).
c.
Elaborasi dan sintesis : dimensi ini merujuk pada derajat sejauh mana produk itu menggabungkan
unsur-unsur yang tidak sama / serupa menjadi keseluruhan yang canggih dan
koheren.
Ada 5 kriteria untuk
dimensi ini :
-
produk itu harus organis (mempunyai arti inti dalam penyusunan
produk)
-
elegan, yaitu canggih (mempunyai nilai lebih dari yang tampak)
-
kompleks, yaitu berbagai unsur digabung pada satu tingkat atau lebih
-
dapat dipahami (tampil secara jelas)
-
menunjukan ketrampilan atau
keahlian
Produk itu tidak perlu
menonjol dalam semua kriteria. Sebagai
contoh tabel dibawah ini yaitu Penilaian Dacey (1989) terhadap tingkat
kreativitas penemuan Graham Bell tentang penemuan pesawat telepon.
Penilaian kriteria Terhadap Penemuan Pesawat Telepon
Oleh Graham Bell
Kriteria
|
Tingkat
|
- Orisinal
|
- Tinggi
|
- Kejutan
|
- Tinggi
|
- Germinal
|
- Tinggi
|
- Bermakna
|
- Tinggi
|
- Logis
|
- Tinggi
|
- Berguna
|
- Tinggi
|
- Organis
|
- Tinggi
|
- Elegan
|
- Rendah
|
- Majemuk
|
- Rata-rata
|
- Dapat dipahami
|
- Tinggi
|
- Ketrampilan
|
- Rendah
|
Sumber : JS Dacey. 1989. Fundamental Of
Creative
Thinking. New
York. Lexington Books. 157
Besemer dan Treffirger mengemukakan masalah dalam penerapan modelnya.
1.
Bila kriteria “kegunaan” diterapkan secara ketat, kebanyakan karya
seni tidak memenuhi persyaratan ini.
2.
Masalah kedua menyangkut dimensi “kebaruan”
Pertanyaan adalah apakah
produk itu harus baru untuk seluruh masyarakat atau hanya bagi si pencipta.
Jika diterapkan pada anak, kemungkinan besar tidak ada karya yang dapat dinilai
kreatif. Namun kebanyakan apakar sependapat bahwa “kebaruan” harus
dipertimbangkan dari sudut pengalaman si pencipta. Contoh lukisan anak, jika
dinilai dari kriteria orang dewasa, mungkin tidak termasuk kreatif.
3.
Model
Penilaian Kreativitas Dalam Mengarang
Kita sering kesulitan
menilai karya tulis siswa terutama segi kreativitasnya dalam menulis,
menggunakan imajinasinya.
Persoalannya bagaimana
membantu guru menilai kreativitas siswa dalam mengarang.
4.
Keterperincian
(Elaborasi, kekayaan)
1.
Seperti lukisan dalam cara ekspresi: Jika karangannya hidup dan menarik
2.
Emosi : Jika karangan kaya dalam ungkapan perasaan
3.
Empati : Jika secara eksplisit mengungkapkan pendapatnya atau pengalaman
pribadi
4.
Unsur pribadi : Jika subjek melibatkan diri dalam kejadian, mengungkapkan
pendapatnya atau pengalaman pribadi
5.
Percakapan : menggunakkan kalimat naratif langsung dengan menggunakkan
tanda kutip. Namun pada anak kecil penggunaan tanda kutip tidak perlu yang
penting adalah adanya kata – kata langsung dari pembicara.
A.
KEBERBAKATAN DAN KREATIVITAS
MENJELASKAN PENGERTIAN KEBERBAKATAN DAN KAITANNYA DENGAN PENGERTIAN
Salah satu masalah
yang kritis dalam meneliti, mengidentifikasi, dan mengembangkan kreativitas
ialah bahwa ada begitu banyak definisi tentang kreativitas, tetapi tidak ada
satu definisi pun yang dapat diterima secara universal. Mengingat kompleksitas
dari konsep kreativitas, agaknya hal ini tidak mungkin dan tidak perlu, karena
kreativitas dapat ditinjau dari berbagai aspek, yang kendatipun saling
berkaitan tetapi penekanannya berbeda – beda. Rodhes (1961, dalam Isaksen,
1987) dalam menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas,
menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi
(person), proses, dan produk. Kreativitas dapat pula ditinjau dari
kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong ( press) individu ke perilaku
kreatif. Rodhes menyebut keempat jenis definisi tentang kreativitas ini sebagai
“four p’s of creativity “,yaitu dimensi Person,Proses,
Press dan Product. Kebanyakan definisi kreativitas berfokus pada salah satu
dari empat P ini atau kombinasinya. Keempat P ini saling berkaitan: pribadi
kreatif yang melibatkan diri dalam menghasilkan produk kreatif, dan dengan
dukungan dan dorongan ( press) dari lingkungan menghasilkan produk
kreatif. Torrance ( 1988) yang memilih definisi proses tentang kreativitas,
menjelaskan hubungan antara keempat P tersebut sebagai berikut : dengan
berfokus pada proses kreatif, dapat ditanyakan jenis pribadi yang bagaimanakah
akan berhasil dalam proses tersebut, macam lingkungan yang bagaimanakah akan
memudahkan proses kreatif, dan produk yang bagaimanakah yang dihasilkan dari
proses kreatif?
Marilah kita melihat beberapa definisi tentang
kreativitas berdasarkan empat P, menurut para pakar.
Definisi pribadi
Menurut Hulbeck
(1945) “ tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam
interaksi dengan lingkungannya”. Fokus pada segi pribadi jelas dalam definisi
ini.
Definisi yang lebih
baru tentang kreativitas diberikan dalam “ three-facet model of creativity”
oleh Sternberg (1988), yaitu “kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas
antara tiga atribut psikologis : inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian/
motivasi. Bersama – sama ketiga segi dari alam pikiran ini membantu
memahami apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif “.
Inteligensi meliputi terutama
kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan, perencanaan, perumusan
masalah, penyusunan strategi, representasi mental, ketrampilan pengambilan
keputusan, keseimbangan serta integrasi intelektual secara umum.
Gaya kognitif atau
intelektual
dari pribadi yang kreatif menunjukkan kelonggaran dari keterikatan pada
konvensi menciptakan aturan sendiri, melakukan hal dengan caranya sendiri,
menyukai masalah yang tidak terlau terstruktur, senang menulis, merancang,
lebih tertarik pada jabatan yang kreatif, seperti pengarang, saintis, artis,
atau arsitek.
Dimensi kepribadian/ motivasi meliputi cirri –
ciri seperti fleksibilitas, toleransi terhadap kedwiartian, dorongan untuk
berprestasi dan mendapat pengakuan, keuletan dalam menghadapi rintangan, dan
pengambilan risiko yang moderat.
Definisi proses
Definisi pada dimensi
proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir
sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
Utami Munandar menerangkan
bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan
kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir,
serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya,
memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek
proses perubahan (inovasi dan variasi). Selain pendapat yang
diuraikan diatas ada pendapat lain yang menyebutkan proses terbentuknya
kreativitas sebagai berikut :
Wallas (1976) dalam Reni
Akbar-Hawadi dkk, 2001 mengemukakan empat tahap dalam
proses kreatif yaitu :
Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami.
Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.
Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami.
Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar. Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam, menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan munculnya tahap berikutnya.
- Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan, seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang kurang lebihnya berarti “oh ya”.
Tahap
Verifikasi; adalah
tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan secara kritis, yang sudah
mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita.
Dari dua pendapat ahli
diatas memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang terjadi didalam otak
manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah gagasan baru yang lebih
inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
Definisi produk
Barron ( 1969)
menyatakan bahwa “ kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan /
menciptakan sesuatu yang baru “. Begitu pula menurut Haefele ( 1962) “ kreativitas
adalah kemampuan untuk membuat kombinasi – kombinasi baru yang mempunyai makna
sosial “. Definisi Haefele ini menunjukkan bahwa tidak keseluruhan produk
itu harus baru, tetapi kombinasinya. Unsur – unsurnya bisa saja sudah ada lama
sebelumnya. Definisi Haefele menekankan pula bahwa suatu produk kreatif tidak
hanya harus baru tetapi juga diakui sebagai bermakna.
Definisi “ press”
Definisi dan pendekatan
kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan, baik dorongan internal
(diri sendiri) berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri
secara kreatif, maupun dorongan eksternal (dari lingkungan sosial dan
psikologis). Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U. Munandar 1999, merujuk pada
aspek dorongan internal dengan rumusannya sebagai “The initiative that one
manifests by his power to break away from the usual sequence of thought”. Mengenai
“press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan
fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang
berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang
terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
PENGERTIAN KEBERBAKATAN
Apa yang dimaksud “ keberbakatan” dan “ anak
berbakat”? Dalam kepustakaan yang ditemukan berbagai istilah dan definisi
mengenai anak berbakat dan keberbakatan. Istilah ini yang menunjukkan suatu
perkembangan dari pendekatan “uni-dimensional” ( seperti definisi dari
Terman yang menggunakan inteligensi sebagai criteria tunggal untuk
mengidentifikasi anak berbakat, yaitu IQ 140) ke pendekatan “ multi-dimensional
“. Pendekatan ini yang mengakui keragaman konsep dan kriteria keberbakatan,
yaitu memerlukan cara – cara dan alat – alat yang berbeda – beda pula untuk
mengidentifikasinya.
1. Definisi ESOE tentang keberbakatan
Dalam seminar nasional mengenai Alternatif
Program Pendidikan bagi Anak Berbakat yang diselenggarakan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Pengembangan
Kurikulum dan Sarana Pendidikan bekerja sama dengan Yayasan Pengembangan
Kreativitas pada tanggal 12- 14 November 1981 di Jakarta ( Utami Munandar,
1982), disepakati bahwa :
Anak berbakat adalah anak yang oleh orang –
orang profesional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang
tinggi karena mempunyai kemampuan – kemampuan unggul. Anak – anak tersebut
memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/ atau pelayanan di luar
jangkauan program sekolah biasa agar dapat merealisasikan sumbangan mereka
terhadap masyarakat maupun untuk pengembangan diri sendiri.
Kemampuan – kemampuan
tersebut, baik secara potensional maupun yang telah nyata, meliputi :
a. Kemampuan intelektual umum
Para pendidik biasanya mendefinisikan
hal ini berdasarkan skor yang tinggi dari hasil tes inteligensi (biasanya 2
deviasi standar di atas mean) pada pengukuran individual ataupun kelompok.
Orang tua dan guru sering dapat mengenali anak yang memiliki bakat intelektual
umum ini dari keluasan pengetahuan umumnya dan ketinggian tingkat kosa kata,
ingatan, pengetahuan kata-kata abstrak, serta daya nalar abstraknya
b. Kemampuan akademik khusus
Siswa yang memiliki bakat
akademik spesifik dapat dikenali dari kinerjanya yang menonjol dalam tes
prestasi atau tes bakat dalam satu bidang tertentu seperti bahasa atau
matematika.
c. Kemampuan berpikir kreatif – produktif
Kreativitas yang menekankan produktivitas
kreativitas adalah munculnya hasil ide yang diperoleh melalui interaksi antara
keunikan individu dengan lingkungannya
d. Kemampuan memimpin
Kepemimpinan dapat
didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengarahkan individu-individu atau
kelompok-kelompok ke satu keputusan atau tindakan bersama. Siswa yang
menunjukkan keberbakatan dalam kemampuan kepemimpinan mampu menggunakan
keterampilan kelompok dan bernegosiasi dalam situasi- situasi yang sulit.
Banyak guru dapat mengenali kepemimpinan dari minat dan keterampilan siswa
dalam pemecahan masalah. Karakteristik kepemimpinan mencakup rasa percaya diri,
tanggung jawab, kerjasama, kecenderungan untuk mendominasi, dan kemampuan untuk
mengadaptasikan diri
dengan mudah pada situasi-situasi baru. Siswa seperti ini dapat diidentifikasi dengan instrumen-instrumen seperti The Fundamental Interpersonal Relations Orientation Behavior (FIRO-B).
dengan mudah pada situasi-situasi baru. Siswa seperti ini dapat diidentifikasi dengan instrumen-instrumen seperti The Fundamental Interpersonal Relations Orientation Behavior (FIRO-B).
e. Kemampuan dalam salah satu bidang seni
Bakat seni merupakan keunggulan dalam
menggambar, melukis, memahat, dan berbagai ekspresi artistik yang dapat
ditangkap oleh mata. Sedangkan bakat pertunjukan menunjuk pada keunggulan baik
dalam musik instrumental maupun vokal, teater, dan tari. Siswa-siswa ini dapat
diidentifikasi dengan menggunakan instrumen deskripsi tugas seperti the
Creative Products Scales, yang dikembangkan untuk Detroit Public Schools
oleh Patrick Byrons dan Beverly Ness Parke di Wayne State University.
f. Kemampuan psikomotor ( seperti dalam olahraga)
Ini mencakup kemampuan
kinesthetik motor seperti keterampilan praktis, spasial,
mekanik, dan fisik. Kemampuan tersebut jarang dipergunakan sebagai kriteria
dalam program keberbakatan.
Definisi ini merupakan adopsi dari definisi
U.S. Office of Education ( Maryland, 1972) dan dalam kepustakaan biasanya
disebut sebagai definisi USEO.
2. Definisi dari Abraham Maslow
Maslow membedakan antara " kreativitas
aktualisasi diri “ kreativitas talenta khusus”. Orang – orang dengan
kreativitas talenta khusus memiliki bakat atau talenta kreatif yang luar biasa
dalam bidang seni, sastra, musik, teater, sains, bisnis, atau bidang lainnya.
Orang – orang ini bisa saja menunjukkan penyesuaian diri dan aktualisasi diri
yang baik, tetapi mungkin juga tidak.
Orang – orang kreatif yang mampu
mengaktualisasi diri adalah sehat mental, hidup sepenuhnya dan produktif, dan
cenderung menghadapi aspek kehidupannya secara fleksibel dan kreatif.
Implikasi dari pembedaan antara keduanya
krativitas aktualisasi diri dan kreativitas talenta khusus adalah penekanan
pada pentingnya ciri – ciri afektif dari kreativitas, ciri kepribadian, sikap,
motivasi, dan predisposisi untuk berpikir kreatif.
DAFTAR PUSTAKA
Munandar, Utami.2009. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar