M Riyan Alamsyah
16514252
3PA18
BAB I
PSIKOTERAPI
Psikoterapi berasal dari kata psiko
yang berarti kejiwaan atau mental dan terapi yaitu penyembuhan. Psikoterapi
adalah proses formal interaksi antara dua orang atau lebih, dan salah satu
berposisi sebagai penolong dan yang lain ditolong dengan tujuan perubahan atau
penyembuhan. Menurut (Allen E. Ivey, dan Lynn Simek. Downing 1980) Psikoterapi
juga bisa disebut suatu proses nerjangka panjang berkenaan dengan rekonstruksi
dan perubahan besar dalam struktur kepribadian.
- Psikoterapi menurut beberapa tokoh :
A.WATSON& MORSE (1977)
Psikoterapi dirumuskan sebagai
bentuk khusus dari interaksi antara dua orang,pasien dan terapis pada mana
pasien memulai interaksi dengan mempergunakan dasar psikologi dan terapis
menyusun interaksi dengan mempergunakan dasar psikologi untuk membantu pasien
meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupannya dengan mengubaj
pikiran ,perasaan dan tindakannya.
B. CORSINI(1989)
Proses formal dari interaksi antara
dua pihak,setiap pihak terdiri dari satu orang tetapi ada kemungkinan terdiri
dari dua orang atau lebih pada setiap pihak dengan tujuan memperbaiki keadaan
yang tidak menyenangkan karena ketidak mampuan pada salah satu dari bidang
berikut: fungsi kognitif,fungsi afektif,fungsi perilaku.
C. WATKINS(Dalam Wolman ,1965)
Disiplin dari ilmu lain maka dari
itu perumusan mengenai psikoterapi dibagi menjadi :
- (Wolberg,1954)
psikoterapi adalah bentuk perawatan
(treatment) terhadap masalah-masalah yang dasarnya emosi dimana seseorang yang
terlatih dengan sesama membentuk hubungan profesional dengan pasien dengan
tujuan mengindahkan, mengubahatau mencegah munculnya gejala dan menjadi
pelantara untuk menghilangkan pola-pola perilaku yang terhambat serta
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan positif dari kepribadiannya.
- (Whitaker & Malone 1953)
psikoterapi adalah meliputi semua
upaya untuk mempercepat pertumbuhan manusia sebagai pribadi
- Whitaker & Malone 1953
Perubahan pada aspek emosi dalam
hubungan antar pribadi yang meningkatkan pertumbuhan pada salah satu atau semua
yang ikut terlibat.
- (Rogers,1942)
menitikberatkan pada usaha untuk
mencapai penyesuaian dengan masyarakat dengan kebudayaan yang ada.
D. SARWONO(2009:273)
Psikoterapi adalah upaya intevensi
oleh psikoterapis terlatih agar kliennya bisa mengatasi persoalannya. Pada
dasarnya, metode psikoterapi adalah wawancara tatap muka perorangan, tetapi
dalam praktik banyak variasi teknik psikoterapi, tergantung pada teori yang
mendasarinya dan jenis masalah yang sedang dihadapi klien.
Berdasarkan pengertian menurut tokoh
diatas dapat disimpulkan bahwa psikoterapi adalah suatu kegiatan untuk
menyembuhkan masalah baik itu masalah perilaku,perasaan, pikiran dan termasuk
terapi kejiwaan dimana didalam nya terdapat interaksi antara pasien dengan
terapis.
TUJUAN
Tujuan dari psikoterapi secara
khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang banyak
peminatnya, dari dua orang tokoh yakni Ivey, et al (1987) dan Corey (1991).
a) Tujuan psikoterapi dengan
pendekatan psikoanalisis adalah Membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi
sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap
kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari
konflik-konflik yang lama.
b) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan tingkah laku adalah secara umum untuk
menghilangkan perilaku dan mencari apa yang dapat dilakuakan dan mencari apa
yang dapat dilakukan terhadap perilaku yang menjadi masalah. Klien berperan
aktif dalam menyusun terapi dan menilai bagaimana tujuan-tujuan ini bisa
tercapai.
c) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Kognitif-Behavioristik dan
Rasional-Emotif adalah menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang
menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup
secara lebih rasional dan toleran. Untuk membantu pasien mempergunakan metode
yang lebih ilmiah atau objektif untuk memecahkan masalah emosi dan perilaku
dalam kehidupan selanjutnya.
d) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Gestalt adalah membantu klien
memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamnnya. Untuk merangsangnya
menerima tanggung jawab dari dorongan yang ada di dunia dalamnya yang
bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia
luar.
e) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Realitas adalah untuk membantu
seseorang agar lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Merangsang
untuk menilai apa yang sedang dilakukan dan memeriksa sebarapa jauh tindakannya
berhasil.
- Menurut Ivey, et al (1987)
a) Tujuan Psikoterapi dengan
pendekatan Behavioristik adalah untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan
berperilaku dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bias
menyesuaikan. Arah perubahan perilaku yang khusus ditentukan oleh klien.
b) Tujuan psikoterapi dengan
pendekatan Gestalt, adalah agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya
dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang.
c) Tujuan psikoterapi dengan
pendekatan Realitas adalah untuk memenuhi kebutuhan seseorang tanpa
dicampur-tangani orang lain. Untuk menentukan keputusan yang bertanggung jawab
dan untuk bertindak dengan menyadari sepenuhnya akan akibat-akibatnya.
Psikoterapi merupakan alat yang dapat membantu dan penting dipelajari khususnya
oleh dokter dan para profesional lain yang berperan dalam kesehatan dan
kesehatan jiwa, namun perlu pula diingat bahwa teknik dan metodenya yang
tertentu dan bermacam-macam tersebut memerlukan waktu yang cukup lama untuk
dapat dipelajari dan dipraktekkan dengan baik. Tentunya, dengan hanya membaca
buku ajar yang singkat ini tidaklah mungkin mencakup keseluruhan hal mengenai
psikoterapi, namun setidaknya prinsip-prinsip dasar psikoterapi dapat dipahami,
untuk dapat diaplikasikan dalam praktek sehari-hari, sehingga dapat turut
menunjang upaya peningkatan mutu pelayanan kepada pasien. Secara non spesifik,
psikoterapi dapat menambah efektivitas terapi lain; sebagai suatu yang spesifik
atau khusus, sebagaimana telah disebutkan di atas, psikoterapi merupakan
rangkaian teknik yang digunakan untuk mengubah perilaku (catatan: teknik
merupakan rangkaian tindakan yang dibakukan untuk mendapatkan perubahan
tertentu, bukan urutan perubahan alamiah, sehingga harus dilatih untuk mencapai
ketrampilan optimal). Dengan psikoterapi, seorang dokter akan dapat
memanfaatkan teknik-teknik untuk meningkatkan hasil yang ingin dicapainya. Bila
seorang dokter tidak mengerti atau memahaminya, sebetulnya bukan hanya tidak
akan menambah efektivitas terapinya, melainkan setidaknya dapat menghindarkan
hal-hal yang dapat merugikan pasiennya.
UNSUR-UNSUR
- Menurut Masserman (dalam Maulany, 1997) telah melaporkan
delapan “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada
semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk :
- Peran sosial psikoterapis
- Hubungan (persekutuan terapeutik)
- Hak
- Retrospeksi
- Re-edukasi
- Rehabilitasi
- Resosialisasi
- Rekapitulasi
Penjelasannya :
Peranan sosial sangat dibutuhkan
terutama agar bisa di dapat tentang klien.
Terapis mendengarkan dengan penuh
perhatian klien. Kemudian terapis menyampaikan pemahamannya terhadap klien
atau bertindak untuk menghilangkan penderitaan klien pada saat yang tepat.
- Psikoterapi sebagai kesempatan untuk belajar kembali
Menurut Korchin kepercayaan terhadap
tindakan terapis sangat dibutuhkan agar menghasilkan kondisi-kondisi untuk
belajar kembali. Klien memberi kepercayaan bersama dengan ketidakpuasan
dan keinginan untuk berubah.
- Motivasi, kepercayaan dan harapan
Kepercayaan merupakan hal yang
penting di dalam psikoterapi. Klien mengetahui bahwa dirinya dapat
mempercayai otoritas terapis. Dan dirinya akan diperlakukan dengan penuh
hormat, oleh karena itu klien dapat mengungkapkan pikirannya secara terbuka
tanpa adanya penolakan. Sedangkan harapan dan ketakutan dapat sesekali
menyelimuti klien ketika hendak melakukan psikoterapi.
Setiap klien mempunyai hak-haknya
masing-masing. Ketika hak-hak klien sudah terpenuhi maka terapisnya bisa
berjalan lancar.
PERBEDAAN
ANTARA PSIKOTERAPI DAN KONSELING
–>Konseling pada umumnya
menangani orang normal. Sedangkan psikoterapi terutama menangani orang yang
mengalami gangguan psikologis.
–>Konseling lebih edukatif,
sportif, berorientasi, sadar, dan berjangka pendek. Sedangkan psikoterapi lebih
rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi tak sadar, dan berjangka panjang.
–>Konseling lebih terstruktur dan
terarah pada tujuan yang terbatas dan konkret. Sedangkan psikoterpai sengaja
dibuat lebih ambigu dan memiliki tujuan yang berubah-ubah serta berkembang
terus.
Menurut Tolbert konseling adalah
hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana
konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang
dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseling dibantu untuk
memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan
yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk
kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseling dapat belajar
bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang
akan datang. Sedangkan pendapat Wolberg mengemukakan
pendapatnya mengenai perbedaan antara konseling dan psikoterapi. Konseling
bertujuan untuk memberikan support dan mendidik kembali (supportive dan
reeducation), sedangkan pada psikoterapi berhubungan dengan tujuan merekonstruksi
kepribadian seseorang (reconstructive).
PENDEKATAN
TERHADAP MENTAL ILNESS (biological,
psychological, sociological dan philosophic)
Menurut J.P. Chaplin pendekatan
psikoterapi terhadap mental illness, yaitu :
a) Biological
Meliputi keadaan mental organik,
penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey,
Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang
berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
b)Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk,
sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis
perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang
ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial,
ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan
sepanjang hidup individu.
c)Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari
gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan
pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi
sosio-budaya tertentu.
d)Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri
seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar
falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien,
sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.
- Sebutkan dan jelaskan bentuk utama dari terapi: a.
supportive, b. reeducative, c. reconstructive?
–>Terapi supportive
Suatu terapi yang tidak merawat atau
memperbaiki kondisi yang mendasarinya, melainkan meningkatkan kenyamanan
pasien.
Penyembuhan Supportif (Supportive
Therapy)
Merupakan perawatan dalam
psikoterapi yang mempunyai tujuan untuk :
- Memperkuat benteng pertahanan (harga diri atau
kepribadian)
- Memperluas mekanisme pengarahan dan pengendalian emosi
atau kepribadian
- Pengembalian pada penyesuaian diri yang seimbang.
Penyembuhan supportif ini dapat
menggunakan beberapa metode dan teknik pendekatan, diantaranya :
- Bimbingan (Guidance)
- Mengubah lingkungan (Environmental Manipulation)
- Pengutaraan dan penyaluran arah minat
- Tekanan dan pemaksaan
- Penebalan perasaan (Desensitization)
- Penyaluran emosional
- Sugesti
- Penyembuhan inspirasi berkelompok (Inspirational
Group Therapy)
–>Penyembuhan Reedukatif (Reeducative
Therapy)
Suatu metode penyembuhan yang
mempunyai bertujuan untuk mengusahakan penyesuaian kembali, perubahan atau
modifikasi sasaran/tujuan hidup, dan untuk menghidupkan kembali potensi. Adapun
metode yang dapat digunakan antara lain :
- Penyembuhan sikap (attitude therapy)
- Wawancara (interview psychtherapy)
- Penyembuhan terarah (directive therapy)
- Psikodrama
–>Penyembuhan Rekonstruktif (Reconstructive
Therapy)
Penyembuhan rekonstruktif mempunyai
tujuan untuk menimbulkan pemahaman terhadap konflik yang tidak disadari agar
terjadi perubahan struktur karakter dan untuk perluasan pertunbuhan kepribadian
dengan mengembangkan potensi. Metode dan teknik pendekatannya antara lain :
- Psikoanalisis
- Pendekatan transaksional (transactional therapy)
- Penyembuhan analitik berkelompok
BAB II
TERAPI PSIKOANALISIS
Psikoanalisis adalah cabang ilmu
yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan
perilaku psikologis manusia. Sigmund
Freud sendiri dilahirkan di Moravia pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Pada mulanya istilah psikoanalisis hanya
dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga
"psikoanalisis" dan "psikoanalisis" Freud sama artinya.
Bila beberapa pengikut Freud dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan
menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah psikoanalisis
dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan ajaran mereka. Contoh yang
terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang menciptakan nama "psikologi analitis" (bahasa Inggris: analitycal psychology) dan "psikologi individual"
(bahasa Inggris: individual
psychology) bagi ajaran
masing-masing.
Psikoanalisis memiliki
tiga penerapan :
2.
suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.
3.
suatu metoda perlakuan
terhadap penyakit psikologis atau emosional.
Dalam cakupan yang luas
dari psikoanalisis ada setidaknya 20 orientasi teoretis yang mendasari teori
tentang pemahaman aktivitas mental manusia dan perkembangan manusia. Berbagai
pendekatan dalam perlakuan yang disebut "psikoanalitis" berbeda-beda
sebagaimana berbagai teori yang juga beragam. Psikoanalisis Freudian, baik
teori maupun terapi berdasarkan ide-ide Freud telah menjadi basis bagi
terapi-terapi modern dan menjadi salah satu aliran terbesar dalam
psikologi. Sebagai tambahan, istilah psikoanalisis juga merujuk pada
metoda penelitian terhadap perkembangan anak.
Konsep-konsep utama terapi psikoanalisis :
1.
Struktur kepribadian
§ Id (tidak memiliki kontak yang nyata dengan
dunia nyata, id berfungsi untuk memperoleh kepuasan sehingga disebut sebagai
prinsip kesenangan)
§ Ego (disebut juga sebagai prinsip kenyataan. Ego
berhubungan langsung dengan dunia nyata, ego juga memiliki peran untuk
mengambil keputusan dalam kepribadian. Ego menjadi penengah/penyeimbang antara
id dan superego)
§ super ego (disebut sebagai prinsip ideal.
Kepribadian yang terlalu didominasi oleh super ego akan merasa selalu bersalah,
rasa inferiornya yang besar)
2. Kesadaran &
Ketidaksadaran
§ Konsep ketidaksadaran
§ mimpi yang merupakan pantulan dari kebutuhan,
kenginan dan konflik yang terjadi dalam diri
§ salah ucap / lupa
§ sugesti pasca hipnotik
§ materi yang berasal dari teknik asosiasi bebas
§ materi yang berasal dari teknik proyektif
3. Kecemasan adalah suatu keadaan tegang atau takut yang
mendalam akan peristiwa yang akan terjadi/belum terjadi. Kecemasan juga timbul
akibat konflik dari id, ego, dan superego. Kecemasan terdiri dari 3 jenis yaitu
kecemasan neurosis yaitu cemas akibat bahaya yang belum diketahui, kecemasan
moral yaitu cemas akibat konflik antara kebutuhan nyata/realistis dan perintah
superego, dan yang ketiga adalah kecemasan realistis yaitu kecemasan yang
terkait dengan rasa takut misalnya kecemasan akan bahaya.
Tujuan terapi :
- Mengungkapkan konflik-konflik yang dianggap mendasari
munculnya ketakutan yang ekstrem dan reaksi menghindar yang menjadi
karakteristik gangguan ini.
- Membentuk kembali struktur karakter individu dengan
membuat pasien sadar akan hal yang selama ini tidak disadarinya.
- Focus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa
anak-anak.
Peran terapis :
§ Membantu pasien dalam mencapai kesadaran diri,
kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani
kecemasan secara realistis.
§ Membangun hubungan kerja dengan pasien, dengan
banyak mendengar dan menafsirkan
§ Terapis memberikan perhatian khusus pada
penolakan-penolakan pasien
§ Mendengarkan kesenjangan dan pertentangan pada
cerita pasien
Teknik-teknik dalam
terapi psikoanalisis:
1.
Asosiasi bebas
Adalah suatu metode
pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan pelepasan
emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa lalu.
2. Penafsiran
Adalah suatu prosedur
dalam menganalisa asosiasi bebas, mimpi, resistensi dan
transferensi. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analisis yang
menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna.
3. Analisis Mimpi
Adalah prosedur yang
penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada
pasien atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan.
4. Analisis Resistensi
Adalah dinamika yang
tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan. Terapis harus bisa menerobos
kecemasan yang ada pada pasien sehingga pasien bisa menyadari alasan timbulnya
resitensi tersebut. Setelah klien bisa menyadarinya, pasien bisa menanganinya
dan bisa mengubah tingkah lakunya.
5. Analisis Transferensi/Pengalihan
Adalah teknik utama
dalam terapi psikoanalis karena dalam teknik ini, masa lalu dihidupkan kembali.
Pada teknik ini diharapkan pasien dapat memperoleh pemahaman atas sifatnya
sekarang yang merupakan pengaruh dari masa lalunya.
Kelebihan dan Kekurangan
Terapi Psikoanalisis
Kelebihan :
- Terapi ini memiliki dasar teori yang kuat.
- Dengan terapi ini terapis bisa lebih mengetahui masalah
pada diri klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu
pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien.
- Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa
yang selama ini tidak disadarinya.
Kekurangan :
- Waktu yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang
- Memakan banyak biaya bagi klien
- Karena waktunya lama, bisa membuat klien menjadi jenuh
- Diperlukan terapis yang benar-benar terlatih untuk
melakukan terapi
BAB III
TERAPI
HUMANISTIK EKSISTENSIAL
Humanistik
Humanistik adalah aliran
dalam psikologi yang
muncul tahun 1950an sebagai
reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis.
Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari
psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis.
Istilah psikologi humanistik
(Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada
awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam
mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran
intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan
behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a
third force).
Terapi Eksistensial Humanistik
Terapi humanistik
eksistensial adalah terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan kepada klien.
Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan,
keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab
atas dirinya. Beberapa tokoh dalam humanistik eksistensial, salah satunya
adalah Abraham Maslow menyebutnya sebagai teori holistik-dinamis karena teori
ini menganggap bahwa keseluruhan dari seseorang termotivasi oleh satu atau
lebih kebutuhan dan orang memiliki potensi untuk tumbuh menuju kesehatan
psikologis yaitu aktualisasi diri. Untuk memenuhi aktualisasi diri, ada
beberapa kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi yaitu kebutuhan akan lapar,
keamanan, cinta, dan harga diri. Setelah itu semua terpenuhi, maka seseorang
bisa mencapai aktualisasi diri.
Fungsi dan Peran Terapis :
Tugas utama dari seorang
terapis adalah berusaha memahami keberadaan klien dalam dunia yang dimilikinya.
Tugas terapis diantaranya adalah membantu klien agar menyadari keberadaannya
dalam dunia "ini adalah saat ketika pasien melihat dirinya sebagai orang
yang terancam, yang hadir di dunia yang mengancamnya dan sebagai subyek yang
memiliki dunia". Peran terapis sebagai "spesialis mata ketimbang
sebagai pelukis", yang bertugas memperluas dan memperlebar lapangan visual
pasien.
Tujuan Terapi :
- Membantu individu menemukan nilai, makna,
dan tujuan dalam hidup manusia sendiri
- Membantu klien agar menjadi
lebih sadar bahwa mereka memiliki kebebasan untuk memilih dan bertindak
- Membantu mereka membuat pilihan
hidup yang memungkinkannya dapat mengaktualisasikan diri dan mencapai
kehidupan yang bermakna
- Membantu klien agar mampu
menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri dan menerima
kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedar korban kekuatan-kekuatan
deterministik diluar dirinya
Konsep-konsep Terapi
Humanistik Eksistensial :
1. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan
yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
Semakin besar kesadaran dirinya, maka semakin besar pula kebebasannya untuk
memilih altrnatif-alternatif. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai
dengan tanggung jawab. Manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.
2. Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan
Kesadaran akan kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang
menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan juga bisa diakibatkan oleh
kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk
mati (Non being)
3. Penciptaan Makna
Manusia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang
akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi
kesendirian. Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya
dalam suatu cara yang bermakna. Manusia juga berusaha untuk mengaktualisasikan
diri, yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Apabila gagal
mengaktualisasikan dirinya, maka ia bisa menjadi sakit.
Teknik Terapi
Teknik utama
eksistensial humanistik pada dasarnya adalah penggunaan pribadi konselor dan
hubungan konselor-konseli sebagai kondisi perubahan. Namun eksistensial
humanistik juga merekomendasikan beberapa teknik (pendekatan) khusus seperti
menghayati keberadaan dunia obyektif dan subyektif klien, pengalaman
pertumbuhan simbolik (suatu bentuk interpretasi dan pengakuan dasar tentang
dimensi-dimensi simbolik dari pengalaman yang mengarahkan pada kesadaran yang
lebih tinggi, pengungkapan makna, dan pertumbuhan pribadi).
Teknik dalam terapi ini antara lain:
- Penerimaan
- Rasa hormat
- Pemahaman
- Menentramkan
hati
- Pertanyaan
terbatas
- Memantulkan
pertanyaan dan perasaan
Tahap-tahap Pelaksanaan
Terapi Humanistik Eksistensial
Pendekatan ini bisa
menggunakan beberapa teknik dan konsep psikoanalitik dan juga bisa menggunakan
teknik kognitif-behavioral. Metode ini berasal dari Gestalt dan analisis
transaksional. Terdapat tiga tahap yang dapat dilakukan oleh terapis dalam
terapi humanistik eksistensial, antara lain:
·
Tahap
pendahuluan
Konselor mambantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi
mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi
mereka diterima. Konselor mengajarkan mereka bercemin pada eksistensial mereka
dan meneliti peran mereka dalam hal penciptaan masalah dalam kehidupan mereka.
·
Tahap
pertengahan
Klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas
dan sistem mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan
restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik
dan dianggap pantas.
·
Tahap
akhir
Berfokus untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri
mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang
kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi
kehidupannya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik
sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta
bertanggungjawab atas penggunaan kebebasan pribadinya.
Kekurangan dan Kelebihan
Terapi Humanistik Eksistensial
1. Kelebihan
• Teknik ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam
perkembangan dan kepercayaan diri.
• Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri
• Memanusiakan manusia
• Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis
terhadap fenomena sosial.
• Pendekatan terapi eksistensial lebih cocok digunakan pada perkembangan klien
seperti masalah karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan dalam pergaulan
ataupun masa transisi dalam perkembangan dari remaja menjadi dewasa
2. Kelemahan
• Dalam metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal
• Dalam pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas
• Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya (keputusan
ditentukan oleh klien sendiri)
• Memakan waktu lama.
BAB IV
PERSON
CENTERED THERAPY
Konsep Terapi
Person Centered Therapy didasarkan pada falsafah sifat
naluri manusia yang menegaskan adanya usaha untuk beraktualisasi diri.
Selanjutnya, pandangan Rogers tentang sifat naluri manusia adalah
fenomenologis, yaitu kita membentuk diri sendiri sesuai dengan persepsi kita
tentang realitas. Kita dimotifasi untuk mengaktulisasikan diri kita sendiri dalam
lingkup prsepsi kita akan realitas.
Teori Rogers bertumpu pada suatu asumsi bahwa klien
bisa memahami faktor dalam hidup mereka yang menjadikan mereka tidak bahagia.
Mereka juga memiliki kapasitas untuk mengarahkan diri mereka sendiri dan
mengadakan perubahan pribadi yang konstruktif. Perubahan bisa terjadi apabila
terapis yang kongguren mampu bersama klien menciptakan sutau hubungan yang
bercirikan keikhlasan, penerimaan dan pemahaman empati. Konseling terapeutik
didasari hubungan saya/Anda atau dari orang ke orang, dalam suasana penerimaan
di mana klien membuang pembelaan diri yang kaku dan mau menerima dan
mengintegrasikan aspek yang selama ini mereka ingkari atau mereka porak
porandakan.
Pendekatan Person Centered Therapy menekankan hubungan
pribadi antara klien dan terapis, sikap terapis lebih bersikap kritis
dibandingkan dengan pengetahuan, teori atau teknik. Pendekatan ini memberikan
pertangungjawaban utama pada pengarahan terai pada klien. Klien dikonformasikan
pada kesempatan untuk menentukan sendiri dan berkompromi dengan kekuatan
dirinya sendiri.
Teknik Terapi
Terapi ini tidak memiliki metode
atau teknik yang spesifik, sikap-sikap terapis dan kepercayaan antara terapis
dan klienlah yang berperan penting dalam proses terapi. Terapis membangun hubungan
yang membantu, dimana klien akan mengalami kebebasan untuk mengeksplorasi
area-area kehidupannya yang sekarang diingkari atau didistorsinya. Terapis
memandang klien sebagai narator aktif yang membangun terapi secara interaktif
dan sinergis untuk perubahan yang positif. Dalam terapi ini pada umumnya
menggunakan teknik dasar mencakup mendengarkan aktif, merefleksikan
perasaan-perasaan atau pengalaman, menjelaskan, dan “hadir” bagi klien, namun
tidak memasukkan pengetesan diagnostik, penafsiran, kasus sejarah, dan bertanya
atau menggali informasi.Untuk terapis person centered, kualitas
hubungan terapi jauh lebih penting daripada teknis. Terapis harus membawa ke
dalam hubungan tersebut sifat-sifat khas yang berikut;
- Menerima. Terapis
menerima pasien dengan respek tanpa menilai atau mengadilinya entah secara
positif atau negatif. Pasien dihargai dan diterima tanpa syarat. Dengan
sikap ini terapis memberi kepercayaan sepenuhnya kepada kemampuan pasien
untuk meningkatkan pemahaman dirinya dan perubahan yang positif.
- Keselarasan (congruence). Terapis dikatakan selaras dalam pengertian bahwa tidak
ada kontradiksi antara apa yang dilakukannya dan apa yang dikatakannya.
- Pemahaman. Terapis
mampu melihat pasien dalam cara empatik yang akurat. Dia memiliki
pemahaman konotatif dan juga kognitif.
- Mampu mengkomunikasikan sifat-sifat khas ini. Terapis mampu mengkomunikasikan penerimaan, keselarasan
dan pemahaman kepada pasien sedemikian rupa sehingga membuat perasaan-perasaan
terapis jelas bagi pasien.
- Hubungan yang membawa akibat. Suatu hubungan yang bersifat mendukung (supportive
relationship), yang aman dan bebas dari ancaman akan muncul dari
teknik-teknik diatas.
Unsur-unsur
Terapi
a. Munculnya masalah atau gangguan
Orang-orang
memiliki kencendrungan dsar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhandan
pemenhan diri. Gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang
lain menghambat individu dalam perjalanan menuju kepada aktualisasi diri.
b. Tujuan terapi
Pendekatan
Person Centered Therapy diarahkan ke kebebasan dan integrasi individu pada
tingkat lebih tinggi. Fokusnya adalah pada si pribadi, bukan pada problema yang
dikemukakan oleh klien. Menurut pandangan Rogers (1977) sasaran terapi tidak
hanya sekedar menyelesaikan problema. Melainkan, membantu klien dalam proses
pertumbuhannya, sehingga dia akan bisa lebih baik menangani problema yang
dihadapinya sekarang dan yang akan mereka hadapi di masa depan. Sasaran yang
dianggap penting oleh terapi adalah bisa menciptakan suasana yang kondusif yang
bisa menolong si individu menjadi orang yang berfungsi secara penuh. Rogers
(1961) melukiskan orang yang makin mejadi teraktualisasi sebagai yang memiliki
keterbukaan terhadap pengalaman, percaya pada diri sendiri, sumber evaluasi
internal dan kesediaan untuk tumbuh secara berlanjut..
c. Peran terapis
Peranan
Person Centered Therapy mengakar pada cara mereka berada dan sikap, bukan pada
teknik yang didesain untuk membuat klien mau “berbuat sesuatu”. Penelitian pada
Person Centered Therapy nampaknya menunjukan sikap terapis, dan bukan
pengetahuan, teori, atau teknik yang menjadi fasilitator terhadap perubahan
pribadi pada diri klien. Pada dasarnya, terapis menggunakan dirinya sebagai
instrumen perubahan. Manakala mereka berhadapan empat mata dengan klien,
peranannya adalah menjadi tidak memegang peranan. Jadi, Person Centered Therapy
menciptakan hubungan yang bersifat menolong dimana klien bisa mengakami
kebebasan yang diperlukan untuk menggali kawasan hidupnya yang sekarang ini
tidak disadari keberadaannya atau porak poranda.
Sumber
:
Gunarsa, Singgih D. 1996. Konseling
dan Psikoterapi. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Basuki, A.M.H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas
Gunadarma.
Gunarsa, S.D. (2007). KONSELING
DAN PSIKOTERAPI. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikoanalisis
http://psycholozy.blogspot.co.id/2015/04/terapi-psikoanalisa.html
https://cahyaintanp.wordpress.com/2015/04/04/terapi-psikoanalisis-sigmund-freud/
https://iruyuriruy.wordpress.com/2013/03/29/teori-psikoanalisa-sigmund-freud/
https://id.wikipedia.org/wiki/Humanistik
Corey, Gerald.
(1995). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : PT.
Eresku.
Modul Bimbingan dan
Konseling - PLPG Kuota. (2008). Surabaya: Unesa.
Misiak, henryk.2005.psikologi
fenomenologi,eksistensial dan humanistic. Bandung: PT Rafika aditama
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek dari
Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.
Gunarsa, Singgih D. 1996. Konseling
Dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Corey, Gerald. (1995). Teori dan
Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Edisi ke-4. Semarang: IKIP Semarang
Press.