1. Konsep Dasar Pandangan Frankl tentang Perilaku/Kepribadian
Frankl menyetujui konsep sigmund freud mengenai ketidaksadaran tetapi
menganggap kemauan untuk lebih mendasar dari kesenangan. Perbedaan utama antara
logotherapy dan psikoanalisis adalah bahwa Freud dan Adler fokus pada masa
lalu, sementara logoterapi lebih berfokus pada masa depan. Logoterapi berarti
terapi melalui makna dan mengacu pada pendekatan yang berorientasi pada
spiritual Frankl untuk psikoterapi.
2. Unsur-Unsur Terapi
Hubungan terapis dengan klien
Frankl cenderung menekankan kemitraan antara klien dan terapis selama pencarian
makna.
1) komitmen untuk berkomunikasi
secara otentik dengan terapis
2) komunikasi terapis paling dasar menekankan kemanusiaan
3) perhatian utama terapis adalah menjadi seperti klien.
3. Teknik-Teknik Terapi
a. Paradoxial Intention
Klien didorong untuk melakukan sesuatu pada hal yang sangat ia takuti ( mulai
dari fobia hingga ke obsesif kompulsif). Teknik ini didasarkan pada kemampuan
manusia untuk dapat memutus lingkaran setan, yaitu orang dengan neurosis
psikogenik, seperti fobia, kecemasan, dan perilaku obsesif-kompulsif. Pada
penerapan intensi paradoksial, terapis mencoba, untuk memobilisasi dan
memanfaatkan kapasitas ekslusif manusia.
Pada kasus gangguan obsesif-kompulsif klien berperang melawan obsesi atau
dorongan . Namun, semakin ia melawan, gejala tersebut justru semakin menjadi
kuat, mengacu pada Guttmann, intensi paradoksial telah digunakan dengan
mepeningkatkan frekuensi dengan hasil yang baik terutama dalam mengobati klien
yang menderita fobia dan gangguan obsesif-kompulsif.
b. Dereflection
Teknik ini dibangun pada kapasitas self-distancing dan self-transcendence
manusia. Klien diminta untuk mengarahkan perhatian mereka jauh dari masalah
mereka ke aspek yang lebih positif dari kehidupan mereka.
c. Modification of attitudes
Digunakan untuk noogenic neurosis, depresi, dan kecanduan. Ini juga dapat
digunakan dalam menghadapi penderitaan yang terkait dengan keadaan, nasib atau
penyakit. Penekanannya pada pada reframing sikap dari negatif ke positif.
Terapi Rasional Emotif (Rational-Emotive
Therapy)
1. Konsep Dasar Pandangan Rasional
Emotif tentang Perilaku/Kepribadian
Terapi rasional-emotif ini
didasarkan pada asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi rasional,
berpikir lurus dan tidak rasional, berpikir tidak lurus. Orang memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan diri, kebahagiaan, pemikiran dan
verbalisasi, penuh kasih,bertemu dengan orang lain, berpertumbuh dan
aktualisasi diri. Manusia juga memiliki kecenderungan untuk penghancuran diri,
menghindari pemikiran, penundaan, pengulangan tanpa akhir dari kesalahan,
intoleransi, perfeksionisme dan menyalahkan diri sendiri, dan menghindari
mengaktualisasikan potensi selama perkembangan.
2. Unsur-Unsur Terapi Rasional
Emotif
Unsur-unsur terapi rasional emotif menurut
Corey (1982) adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Terapi
Ellis (1979) mengelompokkan arah
dari RET terhadap klien:
1.
Self-Interest:
tanpa menjadi benar-benar diserap ke dalam diri mereka, orang yang sehat secara
emosional memiliki kapasitas untuk tertarik pada diri mereka sendiri.
2.
Social-Interest: manusia
jarang memilih untuk menyendiri, dan mereka memiliki kepentingan dalam hidup
secara efektif dengan orang lain dalam kelompok sosial.
3.
Self-Direction:
meskipun secara emosional orang yang sehat mungkin lebih suka kerjasama dan
dukungan orang lain, namun mereka tidak menuntut dukungan ini. mereka mampu
memikul tanggung jawab untuk kehidupan mereka sendiri, dan mereka dapat bekerja
untuk memecahkan secara independen sebagian besar masalah mereka sendiri.
4.
Tolerance:
orang dewasa dapat tidak menghukum kesalahan orang lain atas perilaku orang
tersebut.
5.
Flexibility: orang
sehat tetap fleksibel dalam ide-ide mereka, terbuka untuk berubah.
6.
Commitment: individu
yang sehat memiliki kapasitas untuk menjadi benar-benar diserap dalam sesuatu
di luar diri mereka sendiri.
7.
Self-Acceptance: orang
sehat menerima diri karena mereka masih hidup, dan mereka menghindari mengukur
diri mereka dengan prestasi eksternal dari evaluasi orang lain.
3. Teknik-Teknik Terapi Rasional
Emotif
a. Cognitive
Methods
RET sangat bergantung pada pemikiran, berselisih, berdebat, menantang,
menafsirkan, menjelaskan, dan pengajaran. Berikut adalah beberapa teknik
kognitif yang dapat dilakukan oleh terapis:
1.
Disputing of Irrational Beliefs:
metode kognitif yang paling umum dari RET terdiri dari aktif/direktif menentang
keyakinan irasional klien. Terapis menunjukkan klien bahwa mereka terganggu
bukan karena peristiwa atau situasi tertentu tetapi karena persepsi klien
tentang peristiwa dan karena sifat dan pernyataan terhadap diri mereka. Terapis
menantang keyakinan irasional dengan mengajukan pertanyaan
seperti: dimanakah bukti keyakinan Anda? mengapa hidup anda bisa
mengerikan jika hidup tidak seperti yang Anda inginkan?
2.
Cognitive Homework:
klien diberikan tugas, yang merupakan cara untuk melacak keharusan absolut yang
merupakan bagian dari diri mereka. Seperti orang dengan bakat akting, namun
takut berada di depan banyak orang karena takut gagal, orang tersebut diminta
latihan melakukan sedikit akting di panggung, lalu terapis memberi pesan kepada
orang tersebut untuk mengatakan sesuatu seperti: "saya bisa akting, saya
akan melakukan yang terbaik yang saya dapat lakukan, tidak ada orang yang
seperti saya, dan ini bukanlah akhir dari dunia."
3.
Client's Disputing of an Irrational
Belief: dengan teknik ini, klien
melakukan satu hal yang menjadi irasionalitas utama setiap hari selama
sedikitnya sepuluh menit. Klien melakukan hal tersebut sampai keyakinan
irasional tidak lagi berusaha ditahan, atau sampai berkurang.
4.
Bibliotherapy:
meminta klien untuk membaca literatur rasional-emotif, yang dirancang untuk
membantu mereka dalam proses restrukturisasi kognitif.
5.
Employing New Self-Statements: setelah
klien belajar untuk melawan keyakinan merusak diri sendiri, kemudian melakukan
pengajaran yang mengarah ke pernyataan rasional dan asumsi yang konstruktif.
b. Emotive Techniques
Secara emotif, terapis menggunakan
berbagai prosedur, termasuk penerimaan tanpa syarat, rasional-emotif bermain
peran, modeling, self-statements, citra rasional-emotif, dan latihan menyerang
rasa malu. Klien diajarkan nilai penerimaan diri tanpa syarat. Meskipun
perilaku mereka mungkin sulit untuk menerima, mereka sebagai pribadi memiliki
nilai intrinsik. Mereka diajarkan bagaimana merusak itu adalah untuk
menempatkan diri merasa kekurangan. Salah satu teknik utama mengajar klien
penerimaan diri adalah modeling.
c. Behavioral Techniques
Praktisi biasanya menggunaka operant conditioning, self-management
principles, systematic desensitization, instrumental conditioning, biofeedback,
teknik relaksasi, dan modeling. Klien benar-benar melakukan hal-hal baru dan
sulit, dan dengan cara ini mereka menempatkan pengetahuan mereka dengan bentuk
tindakan nyata.
Terapi Behavior (Behavior Therapy)
1. Konsep Dasar
Terapi behavior adalah salah satu teknik yang digunakan dalam menyelesaikan
tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk
memnuhi kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui proses belajar agar bisa
bertindak dan bertingkah laku lebih efektif, lalu mampu menghadapi situasi dan
masalah dengan cara yang lebih efektif dan efisien.
2. Unsur-Unsur Terapi Behavior
a. Tujuan Terapi
Tujuan terapi behavior secara umum adalah untuk belajar menciptakan kondisi
baru dengan asumsi bahwa belajar dapat memperbaiki masalah perilaku dan untuk
meningkatkan kehidupan pribadi yang lebih efektif
b. Fungsi dan Peran Terapis
- Secara sistematis berusaha untuk mendapatkan informasi tentang anteseden
situasional, dimensi perilaku masalah, dan konsekuensi dari masalah.
- klarifikasi masalah klien bersama dengan klien
- merencanakan target perilaku
- memformulasikan tujuan terapi
- mengidentifikasi kondisi
- melaksanakan rencana
- evaluasi keberhasilan dari perubahan rencana
- melakukan tindak lanjut asesmen.
Fungsi laing yang penting sebagai terapis adalah menjadi role modeling bagi
klien. Salah satu proses dasar dimana klien belajar perilaku baru adalah
melalui imitasi. Terapis sebagai pribadi menjadi model yang signifikan.
c. Pengalaman Klien dalam Terapi
Klien harus termotivasi untuk berubah dan harus bersedia untuk bekerja sama
dalam melaksanakan kegiatan terapi, baik selama sesi terapi dan dalam kehidupan
sehari-hari. Jika klien tidak termotivasi, kemungkinan tipis bahwa terapi akan
berhasil. Setelah terapi behavior sukses, klien mengalami peningkatan dalam
memilih untuk berperilaku dengan baik secara pribadi.
d. Hubungan antara Terapis dan Klien
Pada terapi behavior, faktor seperti kehangatan, empati, keaslian,
permisif, dan penerimaan yang diperlukan, tetapi tidak cukup untuk perubahan
perilaku. Terapis behavior cenderung aktif dan direktif dan berfungsi membantu
memecahkan masalah, Terapis juga harus bisa mendapatkan respect dari
klien.
3. Teknik-Teknik Terapi Behavior
Untuk mencapai tujuan dalam proses konseling diperlukan teknik-teknik yang
digunakan untuk pengubahan perilaku.
a. Desensitisasi sitematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik relaksasi yang digunakan untuk
menghapus perilaku yang diperkuan secara negatif, biasanya berupa kecemasan,
dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan
dengan cara memberikan stimulus yang secara perlahan dan santai.
b. Terapi implosive
Terapi implosif dikembangkan atas dasar pandangan tentang seseorang yang secara
berulang-ulang dihadapkan pada situasi kecemasan dan konsekuensi-konsekuensi
yang menakutkan ternyata tidak muncul, maka kecemasan akan hilang. Atas dasar
itu klien diminta untuk membayangkan stimulus-stimulus yang menimbulkan
kecemasan.
c. Latihan perilaku asertif
Latihan perilaku asertif digunakan untuk melatih individu yang mengalami
kesulitan untuk menyatakan dirinya bahwa tindakannya layak atau benar.
d. Pengkondisian aversi
Teknik pengkondisian diri digunakan untuk meredakan perilaku simptomatik dengan
cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan, sehingga perilaku yang tidak
dikenehdaki tersebut terhambat kemunculannya.
e. Pembentukkan perilaku model
Perilaku model digunakan untuk membentuk perilaku yang sudah terbentuk dengan
menunjukkan kepada klien tentang perilaku model audio, model fisik, atau
lainnya yang dapat diamati dan diahami jenis perilaku yang akan dicontoh.
f. Kontrak perilaku
Kontrak perilaku adalah persetujuan antara dua orang atau lebih untuk mengubah
perilaku tertentu pada klien. Dalam terapi nin konselor memberikan ganjaran
positif yang penting dibandingkan memberikan hukuman jika kontrak tidak
berhasil.
g. Token ekonomi
Token ekonomi dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan
dan pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam
token ekonomi, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan perkuatan yang
nyata yang nantinya bisa ditukarkan dengan objek atau hak istimewa yang
diinginkan. Tujuan prosedur ini adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik
menjadi motivasi yang intrinsik. Diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang
diinginkan akhirnya dengan sendirinya akan menjadi cukup mengganjar untuk
memelihara tingkah laku yang baru.
Terapi Kelompok (Group Therapy)
1. Konsep Dasar
Fokus dari terapi kelompok adalah pada terapi yang dilakukan pada dinamika
kelompok dan kemampuan interpesonal, bukan pada perubahan kepribadian dasar.
Terapi kelompok lebih berfokus pada perbaikan dan rekonstruksi sifat dari pada
pengelolaan masalah perkembangan yang sedang terjadi. Karena populasi klien
yang cenderung menderita masalah emosional yang lebih parah, penawaran
psikoterapi kelompok dengan kesulitan masalalulah yang menghambat fungsi saat
ini.
Terapi kelompok biasanya mencoba untuk membantu peserta untuk mengalami kembali
situasi yang menyakitkan dan untuk mengekspresikan perasaan secara intensif,
seperti kebencian intens. karena ini pengalaman traumatis yang muncul kembali
dalam kelompok, peserta mendapatkan wawasan tentang bagaimana masalalu mereka
yang penuh dinamika secara sadar mengganggu fungsi kelompok. Terapi ini
cenderung dilakukan dengan durasi yang relatif lama. Terapi kelompok dapat
didasarkan pada berbagai model terapi termasuk psikoanalisis, behavior, dan
kerangka kerja fenomenologis.
2. Unsur-Unsur Terapi Kelompok
a. Tujuan terapi
Meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi dna membagi perasaan antar
sesama didalam kelompok, meningkatkan keterampilan hubungan sosial,
meningkatkan kemampuan hidup mandiri
b. Fungsi Terapis
Wolf (1963) menemukan fungsi-fungsi lain dari konselor sebagai pemimpin
kelompok, yaitu :
1.
Berusaha untuk mengakui kesalahan
sendiri dan merasa rela memberikan beberapa fungsi kepemimpinan kepada para
anggota kelompok, apabila fungsi itu mempunyai manfaat terapeutik bagi
kelompoknya.
2.
Menghindari sikap diktator dan gaya
kepemimpinan yang memojokkan anggota untuk mengikuti pendapat terapis.
3.
Menyambut baik pernyataan pengalihan
dalam kelompok sebagai kesempatan untuk keberhasilan kerja.
4.
Membimbing anggota ke arah kesadaran
penuh dan ke arah integrasi sosial.
5.
Melihat kelompok yang dipimpinnya
sebagai wahana yang mempunyai potensi yang kuat.
6.
Mengakui kemampuan potensial para
anggota kelompok dalam menafsirkan dan mengintegrasikan materi yang dihasilkan
oleh anggota lain dan mengakui kemampuan mereka untuk mendekati kebenaran yang
tidak disadarinya.
7.
Waspada terhadap perbedaan
individual di dalam kelompoknya.
8.
Menggunakan
keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan konflik di dalam
kelompok.
9.
Mempertahankan sikap optimis apabila
kelompok mulai merasa bimbang.
10. Member
contoh mengenai kesederhanaan, kejujuran dan bertindak langsung.
11. Menciptakan
suasana emosional yang bebas dengan membuka perasaannya.
3. Teknik-Teknik Terapi Kelompok
Menurut Brammer, Shostrom dan Abrego
(1994), teknik-teknik dalam terapi kelompok adalah sebagai berikut:
a.
Psychodrama Techniques
Psikodrama sebagai teknik bermain
peran untuk membantu klien dengan menerapkan adegan dari masalah mereka yang
akan meningkatkan pemahaman mereka tentang konflik mereka.
Bermain peran akan membantu klien
memperoleh perspektif yang lebih baik dari diri mereka sendiri dan orang lain.
dapat digunakan, misalnya, untuk berlatih menghadapi situasi sosial yang sulit
klien.
Bahkan ketika bisa digunakan dalam
situasi kelompok pekerja yang memenuhi syarat, penekanan harus ditempatkan pada
kenyataan bahwa banyak komplikasi dapat timbul jika tidak dilakukan dengan
benar. Bach (1954) memperingatkan efek traumatis kemungkinan akan
tereksternalisasi mengancam melalui bermain peran.
b. T-Group
Techniques
Salah satu kontribusi utama
dari Training (T) kelompok untuk para klien memahami proses
pengambilan keputusan mereka sendiri. Kelompok diberikan daftar 15 barang dan diminta
untuk mengurutkan peringkat barang-barang tersebut dimulai dari hal yang
penting bagi mereka untuk bertahan hidup. Kelompok ini kemudian diminta untuk
berdiskusi mengenai pengalaman mereka, mengeksplorasi pola kepemimpinan,
resolusi konflik, dan proses pengambilan keputusan.
c.
Encounter Techniques
Teknik encounter (pertemuan)
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesadaran diri. Misalnya, digunakan untuk
memperluas kesadaran sensorik dan kepercayaan interpersonal. Peserta secara
berpasangan diminta untuk memandu pasangan dengan mata tertutup dan menggunakan
tangan untuk mengeksplorasi sambil berjalan. Memandu untuk melindungi
pengikut/pasangannya dari setiap langkah menuju bahaya, seperti pohon, atau
dinding dan membujuk pasangan untuk mengeksplorasi berbagai bau dan tekstur
tanpa menggunakan kata-kata. Kedua pasangan juga bertukar peran, kemudian
mendiskusikan pengalaman mereka. Contoh lain dari latihan encounter adalah
di mana dua mitra duduk kembali ke belakang dan melakukan percakapan.
Pasangannya kemudian memproses pengalaman berbicara tanpa isyarat visual.
d.
Behavioral Techniques
Banyak teknik behavior seperti
modeling, pelatihan keterampilan, memecahkan masalah dan relaksasi juga
digunakan dalam terapi kelompok. Misalnya, dalam kelompok pelatihan asertif,
peserta dijelaskan situasi di mana mereka ingin menjadi lebih tegas. Peserta
akan mendapatkan ide-ide untuk bagaimana menangani situasi. Situasi dapat
dilatih berulang-ulang sampai peserta merasa puas dengan kemampuannya untuk
berperilaku asertif.
e. Dance
and Art Therapy
teknik ini akan mendorong kesadaran
tubuh, gerakan kreatif, dan interpersonal empati. Anggota kelompok
berpasang-pasangan. Satu orang mengambil peran sebagai pemimpin, dan
pengikutnya mencoba untuk menjadi bayangan cermin dari pemimpin, mengikuti
gerakan pemimpin semirip mungkin. Mematung adalah teknik terapi seni di mana
peserta diminta untuk mematung merupakan representasi dari diri mereka sendiri,
keluarga mereka, dunia mereka, masalah mereka, dan kemudian menceritakan hasil
dengan anggota kelompok lainnya.
SUMBER :
Corey, G. (1995). Teori dan
praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: PT Eresco.
Hersen, H. &Sledge, W.H. (2002). Encyclopedia of psychoterapy
Volume 2. London: Academic Press.
Morse, S.J. & Watson, R.I. (1977). Psychotherapies: a comparative casebook.
New York: Holt, Reinhart and Winston.
Brammer, L. M. (1994). Therapeutic
psychology fndamentals of counseling and psychotherapy. Fifth Edition. New
Jersey: Prentice Hall.
Corey, G. (1982). Theory and
practice of counseling and psychotherapy. Belmont, CA: Brooks/Cole
Publishing Company.
Corey, G. (2009). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung:
Refika Aditama.