Rabu, 06 Mei 2015

Belajar Dan Mengajar Kreatif ( Portofolio ke 3 )



Belajar dan Mengajar Kreatif
1       1. Arti Belajar Kreatif
a.      Pengertian Belajar Kreatif
·         Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada dengan demikian baik berubah di dalam individu maupun di dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif (Munandar, 1995 : 12).
·         Kreativitas juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya (Supriyadi, 1994 : 7).
·         Secara psikoligis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. “belajar juga adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2).
b.     Proses Belajar Kreatif
images.pngbelajar kreatif.jpg
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreatifitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah. Untuk itu guru dituntut mampu merangsang kreatifitas peserta didik dalam hal kecakapan berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan.
Kreatif yang dimaksud adalah kemampuan peserta didik dalam menghasilkan sebuah kegiatan atau aktifitas yang baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya yang baru.


c.      Mengapa Belajar Kreatif itu Penting ?..
·         Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
·         Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di masa depan.
·         Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
·         Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar.

d.     Tiga Tingkat Belajar Kreatif (Model Triffinger)

Modifikasi Materi, Proses, Produk , dan Lingkungan 

·         Model Belajar Kreatif paling efektif jika diadaptasi untuk pemggunaan kurikulum secara menyeluruh, karena memungkinkan modifikasi baik dari materi , proses, produk maupun lingkungan. Namun, kekuatannya yang terbesar adalah dalam modifikasi proses dan produk. 

·         Dalam model ini baik proses kognitif maupun afektif dikembangkan, dengan rentangan tingkat kompleksitas, dengan rintangan kompleksifitas. Siswa yang lebih cepat menguasai keterampilan tingkat I atau tingkat II dapat melanjutkan ke giatan tingkat III, menerapkan apa yang telah mereka ketahui terhadap masalah atau keadaan baru dan berbeda delam hidupnya. Dengan demikian siswa belajar keterampilan yang beragam dan mampu menggunakannya jika diperlukan. 

·         Produk belajar juga membuka dimensi buku. Produk belajar tidak hanya menyangkut perkembangan keterampilan baru, tetapi menggunakan keterampilan itu untuk tantangan kehidupan nyata. Jadi, produk belajar adalah masalah yang dipecahkan dan belajar proses memecahkan masalah. Dengan menggunakan ketiga tingkat dari model Treffinger, siswa membangun keterampilan menggunakan kemampuan kreatifitas dan menemukan penyaluran untuk mengungkapkan kreativitas selama hidup. 



Manfaat Pengguanaan Model Treffinger

·         Mungkin sumbangan terbesar dari model Mendorong Belajar Kreatif adalah terhadap pengembangan kurikulum siswa berbakat yang menunjukkan peningkatan dari keterampilan tidak terbatas pada keterampilan dasar. Model ini menunjukkan secara grafis bahwa belajar kreatif mempunyai tingkatan dari yang relative sederhana sampai dengan yang majemuk. Siswa berbakat kreatif dapat menguasai keterampilan tingkat I dan II lebih cepat dari siswa lainnya. Bagi mereka proporsi waktu dan energi untuk tingkatan yang rendah dapat dikurangi. Semua siswa di dalam kelas dapat dilibatkan dalam kegiatan I dan II, tetapi hanya beberapa yang dapat melanjutkan ke tahap penerapan (Tingka III). 

·         Disamping itu, model ini hendaknya digunakan secara menyeluruh dalam kurikulum. Berfikir kreatif merupakan bagian dari semua subjek yang diajarkan di sekolah. Kemajuan adalah profesi diperoleh melalui proses kreatif . oleh Karena itu, model ini dapat diterapkan pada semua kehidupan sekolah, mulai dari pemecahan konflik sampai dengan pengembangan teori ilmiah. Siswa akan melihat kemampuan mereka dalam lingkungan yang mendorong dan memungkinan penggunaannya. 

·         Pembahasan yang lebih terperinci dari model Treffinger ini dapat dibaca dalam buku Memupuk Bakat dan Kreatifitas Siswa Sekolah Menengah( Semiawan, Munandar, dan Munandar, 1987:38-62).


2.     Mengajar Kreatif
a.      Pengertian Mengajar Kreatif
Definisi mengajar adalah memberikan petunjuk yang sebenarnya kepada orang lain (Hoetomo,MA,1999) sedangkan Kreativitas Menurut Jamridafrizal.S.A.g.S.S.M.Hum (2010) Kreativitas ialah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gaya hidup, gagasan, proses maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya. sedangkang menurut Fuad Anshori ( " Mengembangkan kreativitas dalam perspektif psikologi islam".Yogyakarta:Menara kudus, 2002, h. 33 18) Kreativitas meliputi baik ciri-ciri kognitif (aptitude) seperti kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan keaslian (orisinalitas). Ada pendapat lain yang dikemukakan oleh Supriadi (1994) bahwa ciri-ciri
kreativitas  dapat dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan non kognitif.
Ciri-ciri kognitif, diantaranya:
1.) Orisinalitas
2.) Fleksibilitas
3.) Kelancaran, dan
4.) Elaborasi,
Sedangkan ciri-ciri non kognitif, diantaranya:
1.) Motivasi sikap
2.) Kepribadian kreatif
Kedua ciri ini sama pentingnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif tidak akan menghasilkan apapun. Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari orang cerdas yang memiliki kondisi psikologis yang sehat. Kreativitas tidak hanya perbuatan otak saja namun variable emosi dan kesehatan mental sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah karya kreatif. Kecerdasan tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat menghasilkan karya kreatif Gramedia Widya Indonesia, 1999) Cet Ke-3, h. 47 

Mengajar kreatif kini merupakan keharusan bagi setiap guru, karena tantangan bagi guru adalah menghadapi siswa globalisasi, yaitu siswa yang mendapatkan informasi non formal dari lingkungan, mereka kritis dan penuntut. Siaran TV, Internet rakyat dan budaya baru merupakan konsumsi lazim bagi setiap orang.


Menurut Inayah (1996)  mengajar kreatif ada 2 jenis yang satu sama lainnya berkaitan yaitu :
  1. Class management Creativity : Kreativitas pemateri dalam pengelolaan kelas
b.     Teknik Mengajar Kreatif, Meliputi :
1.     Memberikan Pemanasan
·         Teknik pemanasan ini pada intinya merupakan kegiatan peserta didik yang digunakan pada tahap awal pembelajaran. Tahap pemanasan ini mengupayakan adanya kondisi pelepasan pikiran peserta didik dengan cara pembebasan diri dari peraturan-peraturan dan hukum-hukum berpikir yang berlaku. Peserta didik dikondisikan untuk terbebas dari kebiasaan menjawab dengan tepat, dari batasan batasan-batasan waktu, serta diarahkan untuk lebih banyak menghasilkan ide.
·         Dengan kegiatan pemanasan tersebut diharapkan peserta didik sudah masuk pada suasana pemikiran yang siap untuk menelaah hal dan masalah baru yang akan dipelajari pada tahap pembelajaran berikutnya.
2.     Pemikiran Dan Perasaan Terbuka
·         Teknik pemikiran dan perasaan berakhir terbuka ingin mengupayakan agar peserta didik terdorong memunculkan perilaku divergen. Perilaku ini dapat dirangsang dengan cara mengajukan pertanyaan dan memungkinkan peserta didik mengungkapkan segala perasaan dan pikiran sebagai jawaban. Adapun kegiatan pemikiran dan perasaan pengahiran terbuka dapat dicontohkan sebagai berikut:

A.  Andai kata


·         Pertanyaan ini dapat diungkapkan melalui pertanyaan tentang situasi yang tidak benar atau sesuatu yang bertentangan dengan fakta.

B. Peningkatan suatu roduk
·         Pertanyaan ini dapat diungkapkan melalui pengungkapan pemikiran pengembangan atau peningkatan terhadap suatu kondisi yang telah ada. Contoh: Bagaimana cara memperbaiki cara belajar yang biasa dilakukan sekarang.

C.  Pemulaan yang tidak selesai


·         Pertanyaan ini dapat dikemukakan dengan menyajikan suatu kondisi yang belum selesai atau belum sempurna, untuk dipikirkan kemungkinan penyelesaian atau penyempurnaannya.

D.  Penggunaan baru dari objek-objek umum

·         Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui penyajian suatu benda atau hal untuk dipikirkan fungsi lainnya dilain fungsi yang lazim. Contoh: tali sepatu, kancing baju, kumis, dan lain sebagainya.

E. Alternatif  judul


·         Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui penyajian suatu stimulasi untuk dipikirkan judulnya yang tepat. Contoh kepada peserta didik diperlihatkan naskah sebuah cerita, lukisan, atau gambar-gambar tentang sesuatu.

F.  Membantu siswa atau anak mengajukan pertanyaan.

·         Kegiatan ini dilakukan mengingat pada biasanya siswa beranggapan bahwa gurulah yang banyak mengajukan pertanyaan dalam konteks pembelajaran. Disini siswa diberi kesempatan untuk memikirkan banyak pertanyaan. Melalui strategi pemikiran dan persaan terbuka ini diharapkan peserta didik akan terangsang untuk meningkatkan rasa ingin tahunya dan menguatkan minat untuk terlibat dalam aktivitas pembelajaran.

3.     Memupuk Iklim Belajar Kreatif

a.      Jelaskan Strategi Memupuk Iklim Belajar yang Kreatif

Apabila memperkatakan mengenai peranan guru dalam merangsang kreativiti pelajar timbul dua persoalan utama yang perlu dijawab. Persoalan pertama ialah sejauh manakah benarnya kenyataan bahawa kreativiti para pelajar sememangnya boleh dipertingkatkan dalam bilik darjah? Persoalan kedua pula ialah mengenai bagaimanakah para guru boleh membantu  meningkatkan kreativiti pelajar atau apakah sikap,pendekatan atau tindakan yang guru perlu tunjuk dan lakukan untuk merangsang kemampuan kreatif pelajar?
Ada beberapa kajian ( Niu & Sternberg 2003; Torrance 1961) yang telah dilakukan untuk menjawab persoalan pertama yang penting itu. Niu & Sternberg (2003) telah menjalankan satu kajian untuk menganalisa dua cara yang digunakan untuk  meningkatkan kreativiti 96 orang pelajar di sebuah Sekolah Tinggi di Beijing, China. Para pelajar ini telah diminta untuk menghasilkan satu hasil seni yaitu kolaj. Dalam kajian ini para pelajar  telah dibahagikan kepada  3 kumpulan yaitu kumpulan pertama tidak menerima sebarang arahan supaya menjadi kreativiti apabila menghasilkan kolaj, kumpulan kedua telah menerima arahan supaya menjadi kreatif apabila menghasilkan kolaj dan kumpulan ketiga pula telah diajar secara terperinci bagaimana menghasilkan kolaj yang kreatif. Kolaj  yang dihasilkan oleh para pelajar tersebut telah diadili secara subjektif dan objektif. Hasil kajian ini mendapati bahawa para pelajar yang telah diminta menjadi kreatif telah menghasilkan kolaj yang kreatif berbanding dengan rakan-rakan mereka yang tidak menerima sebarang arahan supaya menjadi kreatif. Kajian juga mendapati bahawa pelajar yang diajar secara terperinci bagaimana menghasilkan kolaj yang kreatif telah menghasilkan kolaj yang paling kreatif. Dapatan kajian ini menunjukkan kepada kita bahawa kreativiti pelajar boleh ditingkatkan  dalam bilik darjah melalui arahan-arahan yang disampaikan oleh guru kepada para pelajarnya.
Di samping itu, Torrance (1961) telah mengajar guru-guru di beberapa buah sekolah di Amerika Syarikat lima prinsip pengajaran kreatif iaitu: (1) menghormati soalan-soalan yang dikemukakan oleh pelajar; (2) menghormati idea-idea imaginatif yang dikeluarkan oleh pelajar; (3) tunjukkan kepada pelajar bahwa idea-idea yang mereka keluarkan mempunyai nilai tersendiri; (4) benarkan pelajar melakukan perkara-perkara tertentu untuk tujuan latihan semata-mata tanpa sebarang penilaian; dan (5) kaitkan sebarang penilaian yang guru lakukan dengan sebab dan akibat. Para guru tersebut telah menjalankan pengajaran dengan mengikut kelima-lima prinsip ini selama empat minggu. Satu lagi kumpulan guru yang dikawal telah menjalankan pengajaran mereka mengikut prosedur biasa untuk tempoh yang sama. Ujian kreativiti yang dilakukan terhadap pelajar sebelum dan sesudah kajian ini dilakukan menunjukkan bahawa terdapat peningkatan yang mendadak terhadap pelajar yang diajar oleh guru menggunakan lima prinsip pengajaran kreativiti berbanding dengan pelajar yang diajar oleh guru mengikut prosedur biasa. Mereka mendapat markah yang lebih tinggi untuk keaslian , keluwesan, kefleksibelan dan penghuraian (Stein, 1974).
Sebagai tambahan, Amabile (1983) mendakwa bahawa sesiapa yang memiliki kebolehan kognitif yang biasa boleh bercita-cita untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif dalam bidang tertentu. Cropley (1992) pula menambah bahwa semua pelajar tanpa mengira tahap kepintaran mereka memilikinkemampuan untuk berfikir secara konvergen dan divergen. Pemikiran divergen adalah pemikiran yang dikaitkan dengan kreativiti. Bagi menjawab soalan yang kedua yaitu bagaimanakah kreativiti boleh dipertingkatkan, beberapa percobaan telah dilakukan untuk membangunkan pelbagai pendekatan untuk meningkatkan kreativiti dalam bilik darjah. Secara keseluruhannya pendekatan itu boleh dibahagikan kepada tiga kategori yaitu: (a) Strategi-strategi umum yang hanya melibatkan perubahan dalam stail pengajaran guru atau pedagogi (b) Pendekatan berstruktur yang melibatkan penggunaan teknik-teknik khusus (c) Pendekatan penyelesaian masalah terhadap isi mata pelajaran. Disebabkan kekangan masa dan tenaga, perbincangan ini akan memberikan tumpuan kepada strategi-strategi umum yang hanya melibatkan perubahan dalam stail pengajaran guru.

b.     Menjelaskan Saran – Saran Tambahan dalam Memupuk belajar Kreatif

·         Menghargai kreativitas siswa.
·         Bersikap terbuka terhadap gagasan-gagasan baru.
·         Mengakui dan menghargai adanya perbedaan individual.
·         Bersikap menerima dan menunjang anak.
·         Menyediakan pengalaman mengajar yang berdiferensisasi.
·         Memberikan struktur dalam mengajar sehingga anak tidak merasa.
·         Ragu-ragu tetapi di lain pihak cukup luwes sehingga tidak menghamabat pemikiran, sikap dan perilaku kreatif anak.
·         Setiap anak ikut mengambil bagian dalam merencanakan pekerjaan sendiri dan pekerjaan kelompok.

·         Tidak bersikap sebagai tokoh yang “maha mengetahui” tetapi menyadari
keterbatasannya sendiri.

Daftar Pustaka :
https://totoyulianto.wordpress.com/2013/03/09/pengertian-kreativitas-belajar-menurut-para-ahli/
https://ranijelita.wordpress.com/2012/12/15/mengapa-belajar-kreatif-itu-penting/

Sumber: Kreativitas & Keberbakatan, Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Prof Dr. S.C. Utami Munandar. (Hal. 246 – 249
http://yohanayayangcitradevi.blogspot.com/2015/04/belajar-dan-mengajar-kreatif_57.html